Home » » Orang Hebat Itu Berteman Dengan "SEPI"

Orang Hebat Itu Berteman Dengan "SEPI"

Written By Admin Monday, January 2, 2017 - 10:10 AM WIB | 0 Komentar



Ingat Saudaraku…
Dalam tulisan sebelumnya, hidup merupakan antri untuk mati, maka jiwa harus kita persiapkan, latihan mujahadah harus kita tingkatkan, karena mujahadah adalah ajang untuk riyadhoh (tirakat hati) mempersiapkan diri untuk menghadap kepada “SANG PENCIPTA”.
Akan tetapi apa yang harus dilatih? apakah mujahadah yang kita lakukan hanya sebatas lisan saja? Dan mengapa mujahadah kita masih belum berefek membuahkan akhlaqul karimah yang mana ending dari mujahadah itu sendiri adalah akhaqul karimah.
“Fa-ifrodud Tauhidi Ba’da Fanaail Aghyar Huwa Haqqul Yaqiin”
Maka yang dilatih pertama kali adalah mengosongkan jiwa, kalau dalam alam hikmah mengNOLkan jiwa, hati harus kosong, hati harus lepas dari kepentingan apapun, karena hati itu adalah tempatnya untuk ingat kepada ALLAH dan kalau hati ini sering dilatih maka otomatis hati akan tunduk dan menyadari dirinya tidak ada apa-apa, tidak ada kemampuan, tidak ada kekuatan dan tidak ada hal-hal yang lain karena dunia seisinya, langit seisinya adalah senasib “SEMUA ADALAH CIPTAAN”, maka hati yang sadar dia tidak pernah takut dengan siapapun juga baik makhluk yang bernama rugi atau mencelakakan.
INGAT…!!! ORANG YANG HEBAT DIA TIDAK PERNAH TAKUT DITIPU KARENA DUNIAPUN DICIPTAKAN UNTUK TIPUAN!
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ 
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau (QS Muhammad : 36)
Maka kalau sudah melangkah pasrahkan kepada ALLAH karena hakekatnya tidak ada yang bisa menipu kecuali sudah diskenario oleh ALLAH sebagai SANG PENCIPTA.
Jangan takut ditipu karena kita hidup didunia ini semuanya adalah tipuan, hartapun juga tipuan, berapa orang ingin kaya, setelah kaya malah tertipu dengan dunia.
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ 
159. Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imron: 159)
Ingat…!!!
Innad dunya mal-unun (dunia itu dilaknat oleh ALLAH) maa fihaa (termasuk apa-apa yang ada didalamnya) illa dzikrullah (kecuali LILLAH BILLAH).
Rasulullah Saw juga bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu dilaknat, berikut segenap isinya juga dilaknat, kecuali dzikir kepada ALLAH.” (Al Hadits)
Dan Ingat…!!!
Sesungguhnya ALLAH menciptakan dunia, dan dunia itu dilaknat, maka orang yang hebat dia tidak pernah takut untuk ditipu karena langkah perlangkah semuanya adalah tipuan-tipuan dunia, dan ranjau-ranjau dunia yang siap meledakkan manusia yang santun akan menjadi anarkis, saudara akan menjadi musuh karena dunia menipunya.
Berapa orang menjadi lawan ketika bersama-sama berhubungan dengan dunia?
Awas…!!! dunia penuh jebakan dan tipuan, keluarga akan menjadi musuh karena berebut warisan padahal sama-sama sedarah, kawan akan menjadi hancur karena dunia!
“MAKA ORANG YANG HEBAT HATINYA TIDAK PERNAH TAKUT KEHILANGAN, KARENA DIA SADAR SEDANG BERJALAN DIATAS SKENARIONYA, SEHINGGA DALAM PANDANGAN BATINNYA SEMUA TIADA YANG BERMANFAAT DAN MENCELAKAKAN.”
Penipu, koruptor bahkan orang-orang yang jahatpun itu adalah skenario!
Dari harta, keluarga, saudara, teman, uang, pekerjaan, yang sakit akan kelihangan kesehatan, satu per satu akan meninggalkan dirinya, bahkan kita akan kehilangan diri kita sendiri karena pada saat sakaratul maut jasad ini akan kita tinggal terkubur ditanah dan roh akan kembali berpulang kepadaNYA.
Maka dia tidak pernah merasa takut kehilangan, karena hakekat hidup didunia adalah “PERPISAHAN” karena semuanya harus berakhir dengan perpisahan. Walaupun sifat basyariah (lahir) takut kehilangan tapi batin harus lepas dari ketakutan, ketakutan ditipu, ketakutan ditinggal yang berujung pada sepi.
Dan ternyata teman sejati kita adalah “SEPI”, ketika kita “SEPI” teman sejati itulah mengingatkan kita, menuntun kita ingat apa yang kita lakukan, ingat apa yang kita perbuat dimasa yang lampau, dengan “SEPI” itulah akhirnya ingat dosa-dosa yang pernah kita buat.
Saat itulah teman sejati mengingatkan kita dan menuntun menemukan jati diri kita yang sesungguhnya, diam merenung dikamar, dirumah, dikantor, dijalan tahu-tahu air mata lepas dari pelupuk mata karena “SEPI” menuntun kita untuk mengetahui dan mengenal segala kekurangan dan semua dosa yang pernah kita lakukan dan “SEPI” ternyata mengingatkan kita dengan pengalaman-pengalaman yang kita lupakan.
Akhirnya “SEPI” itu yang menuntun dan mengatakan itulah kasih sayang ALLAH, justru kemiskinan, merupakan bentuk ujian itu bentuk kasih sayang ALLAH sehingga “SEPI” itu membuat hati ridho kepadaNYA.
INGAT…!!! TEMAN SEJATI ADALAH “SEPI” DAN ORANG HEBAT BERTEMAN PASTI DENGAN “SEPI”!
Dengan “SEPI” kita tertuntun dan terbimbing semuanya tidak ada, akupun akan tiada, hidup pun akan tiada, kekayaan inipun akan tiada karena akan semua akan kita tinggal, akhirnya dia merasa tiada, karena yang wujud (ada) hanya ALLAH! Dengan penuh kerendahan ditemani oleh “SEPI” dan dimasukkan kedalam hati pasti akan mengenal kehidupan dan jati diri yang sejati.
Inilah sejatinya teman SELAIN “SEPI” itu sendiri, “KETIADAAN” merupakan teman yang lebih sejati, karena semua kehidupan bukanlah milik kita melainkan milik “SANG PENCIPTA”.
Maka wahai saudaraku…
Belajarlah untuk merenung didalam “SEPI”, walaupun itu 10 menit, bila perlu dalam posisi tenang, berdiri, bahkan berbaring. Renungkan kehidupan kita, kita ini siapa? sebentar lagi kita akan kemana? Dan disana ada apa?
Alangkah ruginya…. Tiba-tiba Sang Eksekutor (Malaikat Izroil) memaksa kita untuk pulang, kita tidak mempunyai bekal untuk kehidupan disana, yang akhirnya kita pulang dengan tangan hampa dan buta tidak mengenal “SANG PENCIPTA”, kalau sudah demikian kita akan tersesat dijalan.
Maka carilah teman “SEPI” yang sejati dibalik kerendahan dan kekurangan kita, dengan lirih sambil bersholawat kepada Rosululloh Saw:
“ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD, YAA WAAJIDU YAA JAWAAD, SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA MUHAMMADIW-WA'ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD. FII KULLI LAMHATIW WA NAFASIM BI'ADADI MA'LUMAATILLAAHI, WA FUYU DHOTIHI WA AMDAADIH.”
Ingat saudaraku…
Ketika kita kaya, ketika kita pandai, ketika kita pangkat, ketika kita dimuliakan oleh manusia itu bukanlah milik kita, melainkan semua adalah titipan dari “SANG PENCIPTA”.
Ketika kita mengalami ujian adalah bentuk kasih sayang dari SANG PENCIPTA, karena semua adalah permainan dunia, sebab kita harus pulang kembali kepadaNYA.
MAKA “SEPI” JADIKAN TEMAN SEJATI, WALAUPUN ITU 10 MENIT HARUS DIPAKSA!
Ingat dunia itu tipuan, orang yang nampaknya menolong itu tipuan, yang tidak pernah menipu adalah ALLAH, yang tidak pernah menipu adalah Rasulullah Saw.
Maka lepas hati kita supaya tidak gundah gulana
Jangan takut celaka karena didunia ujungnya harus celaka, karena roh dengan jasad harus dipaksa untuk berpisah yang sakitnya lebih parah daripada 300 sabetan pedang.
Rela, pasrahkan kepada ALLAH, dan NOL kan semua, kita punya ALLAH, kita punya Rasulullah Saw, pegang erat-erat.
Ingat…!!!
Hidup hanya sementara, sebentar lagi kita akan pulang meneruskan perjalanan yang selama-lamanya tidak ada batas dan inilah yang kita renungkan.
Berteman dengan “SEPI” kita akan menemukan jati diri, ketika menemukan jati diri bahwa kita tiada arti, hidup ini tiada, yang ada hanya ALLAH Sang Pencipta.
Mari kita berlatih untuk berkhalwat karena dengan berkhalwat kita akan menemukan teman sejati yaitu “SEPI” yang akhirnya menuntun kita sehingga menyadari bahwa semuanya tiada bahkan diri inipun tiada karena kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Saudaraku…
Secepat inikah kita akan pulang, padahal kita sudah beranjak usia 40 tahun, 50 tahun, 60 tahun mungkin kita akan terlambat apabila kita diam.
Umur manusia sangat terbatas, kita tidak tahu sebentar lagi akan pulang, kita sekarang sedang menunggu antrian untuk mati, padahal perjuangan kesadaran ini harus tersampaikan keseluruh penjuru umat manusia.
Padahal umat jiwanya menjerit, rohnya menanti pejuang-pejuang KESADARAN (FAFIRRU ILALLOOH) yang tulus tiada pamrih, yang dituntun gerak-gerik, lisannya serta hatinya yang senantiasa dituntun oleh guru pembimbing rohani melalui JALAN KERENDAHAN (FAQODHOLAMTU ABADAN) dan JALAN KESADARAN TENGGELAM (NOL) KEDALAM SAMUDERA TAHUIDNYA (ANTUGHRIQONA FII LUJJATI BAHRIL WAHDAH).
Dan kami hanya memohon dan mengharap ada generasi penerus perjuangan yang agung ini yaitu penerus-penerus yang santun, penerus-penerus yang senantiasa berteman dengan “SEPI”, yang artinya senantiasa bermujahadah, hatinya merasa tiada “SEPI” dihadapan ALLAH.
Aamiin…
 ------------------------------------------------------------
Catatan kelam perjalanan “Al Fakir” yang hina
Dalam Bumi Kerendahan, 2 Januari 2017

“Hidup Sekali Harus Berarti”


Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment