Home » » Inilah Zaman Ketika Otak Menjadi Tuhan!

Inilah Zaman Ketika Otak Menjadi Tuhan!

Written By Admin Tuesday, October 29, 2013 - 6:52 AM WIB | 1 Komentar

Suatu ketika di malam yang penuh dengan prihatin memikirkan umat, tiba-tiba Rasulullah Saw mendapatkan wahyu surat Ali ‘Imran [3] 190 -191 yang berbunyi :

"Inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnnahaari laaayaatin li-ulii al-albaabi"

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

"Alladziina yadzkuruuna allaaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba alnnaari"

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Setelah mendapat wahyu ini seketika Rasulullah tidak kuat menahan tangisan sampai subuh, sehingga pada saat itu berkumpullah jamaah-jamaah menunggu untuk di imami Rasulullah Saw, akan tetapi Sang Terkasih tidak kunjung hadir, akhirnya sahabat Billal berkunjung kerumah Beliau Rasulullah Saw, saat Billal mengucapkan salam, dengan menjawab salam Billal tiba-tiba Sang Terkasih dengan suara paruh dan mata sembab seketika itu sahabat Billal bertanya kepada Baginda Rasul:

Ada apa wahai baginda Rasul? Tanya sahabat Billal

Celakah-celakalah wahai sahabat Billal orang yang membaca ayat ini tapi tidak mau berfikir tentang ayat ini!

Wahai saudara-saudaraku…

Dengan adanya wahyu yang barusan turun mari kita berfikir akan datang dimana umat itu tidak menemukan Tuhan akan ada zaman lebih dahsyat daripada zaman jahiliyah dimana pada saat itu orang-orang menyembah patung-patung yang diciptakan yang diletakkan disekeliling ka’bah, akan tetapi pada zaman itu lebih parah karena manusia akan menyembah pikiran dan otaknya.

Afala tatafakkarun….

Kenyataan ilmu pengetahuan sudah merambah kehidupan masyarakat baik itu ilmu agama ataupun umum. Banyak anak bangsa ini yang handal dan pandai, serta mempunyai title SARJANA sampai DOKTOR dan juga banyak anak bangsa yang diakui keilmuannya sampai keluar negeri, pendidikan dimana-mana maju dengan pesatnya sehingga tak ada orang yang tak terpelajar, HEBAT..!!!

Tapi kenyataannya semuanya tidak mampu untuk mewujudkan karakter bangsa sehingga semakin banyak ilmu dan kepandaian, semakin diagung-agungkan dan bangga dengan ilmunya, akhirnya jatuh dalam lubang pengakuan merasa mampu, merasa alim, merasa pandai, sehingga semakin pandai semakin merasa inilah “aku”!

Inilah yang akan muncul dan mungkin diri kita memotori bahwa munculnya otak akan disembah bagaikan Tuhan, walaupun lisan mengatakan Tuhanku adalah Allah, akan tetapi kenyataannya bangga dengan pikirannya, bangga dengan penemuannya bahkan dengan otaknya dia mengatakan seperti Fir’aun mengaku menjadi Tuhan.

Maka terjadi ketika Fir’aun hanya menggunakan akal dan pikiran tidak menggunakan hati yang suci, nikmat yang diberikan oleh Allah di “aku” 100% sehingga dia mengatakan “Ana Robbukumul A’la” (aku adalah Tuhanmu yang tertinggi), inilah kejahatan rohani bila kita lupa dengan kebersihan jiwa sehingga otak dipertuhankan, akhirnya manusia berani mengaku sebagai tuhan!

Inilah ayat menggunakan pikiran dan otak yang mampu untuk mengangkat jiwa sehingga jiwa sadar karena otak mampu bertafakkur terjadinya alam, tapi dengan adanya fenomena ini bagaimana ketika kita mendewa-dewakan otak, manusia akan semakin jahat karena tidak ada kolaborasi antara jiwa yang suci dengan otak dan pikiran.

Manusia mengaku sebagai “Sang Pencipta”, penemuan-penemuannya, orang mengaku dirinya mampu melakukan aktivitas padahal semua itu datang dari Allah (LAA HAULAA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH) .

Apakah kita tidak menggunakan pikiran? artinya pikiran yang mampu menembus ke cakrawala batin sehingga manusia mengenal gerak-geriknya, apapun yang dilakukan semuanya bukan milik kita karena kita bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa karena asalnya tiada dan diadakan menjadi makhluk.

“Qul kullum min 'indillah (Katakanlah : "Semuanya datang dari sisi Allah")” An Nisa' [4]: 78

Maka fenomena alam terjadi  di zaman ini banyak manusia termasuk mungkin diri kita menyembah otak kita, menyembah pikiran kita, menyembah penemuan-penemuan kita, tidak ada bedanya dengan zaman jahiliyah, ketika manusia menemukan bentuk patung-patung sesuai dengan imajinasinya saat itu patung yang diciptakan disembah oleh umat jahiliyah akan tetapi sekarang bukan menyembah patung akan tetapi menyembah ciptaan itu sendiri, di “aku” bahkan manusia lebih parah menyembah otak dan pikirannya sendiri.

Posisi kita dimana? Sedangkan Allah mengatakan gunakan otak dan pikiranmu untuk menemukan “AKU” Sang Pencipta, tapi sekarang kita berbalik menggunakan otak dan pikirannya untuk dijadikan Tuhan!

Alangkah biadabnya pikiran manusia termasuk diri saya ini, ketika diberi kepandaian, ilmu pengetahuan dan teknologi diberi oleh Allah luar biasa bagaikan hujan turun dari langit yang tiada henti-hentinya manusia tidak semakin dekat dengan Tuhan akan tetapi manusia semakin dekat dengan otak dan pikirannya, akhirnya disembah, disanjung, seakan-akan Tuhan ada di otak kepalanya, ada didalam tempurung kepalanya.

Turunkan ke hati wahai diri kami dan saudara-saudaraku…

Temui Tuhanmu dengan menggunakan hatimu bukan akal pikiranmu...

“Yawma laa yanfa'u maalun walaa banuuna, illaa man ataa allaaha biqalbin saliimin (Asy-Syu'araa [26] : 88 -89)

Dihari itu ketika kita akan menemui sakaratul maut yang hanya satu kali itu tiada yang manfaat, anak-anak kita dan dunia-dunia kita bahkan juga pikiran-pikiran kita bahkan juga aktivitas kita saat itu yang berlaku adalah melainkan orang sowan kepada Allah, yang sowan ini bukan otak dan pikiran akan tetapi hati, jiwa dengan hati yang bersih dan selamat!

Sedangkan kita menghadap kepada Allah masih merasa dan mengandalkan selainNYA!

Bagaimana posisi kita saat ini?

Maka besihkan dari anasir-anasir (nafsu) otak dan pikiran kita, begitupula kita yang hanya menggunakan otak dan pikiran kita, “Lillah Billah” akan menjadi wacana sehingga berbahaya karena hanya mengerti akan tetapi tidak mampu untuk mengetrapkan, tidak bisa merubah akhlaqul karimah dalam surah Ash Shaaf:

Kabura maqtan 'inda allaahi an taquuluu maa laa taf'aluuna (Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan) (QS – Ash Shaff [61] : 2)

Bagaimana posisi kita?

Maka leburkanlah, tenggelamkanlah, karena semua milik Allah dan kita harus sadar bahwa diri kita bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, inilah yang kami maksud sadar bahwa diri kita NOL, karena NOL bukan ajaran akan tetapi kesadaran jiwa tidak memiliki perasaan dan kemampuan, karena Illa Billah miliknya Allah!

Untuk teman-temanku yang terkasih di Alam Hikmah, inilah selayang pandang perjalanan anak manusia dengan akal, otak dan pikirannya! Bahaya ketika otak tidak berkolaborasi dengan jiwa yang suci.

Otak kita bisa menyelamatkan hati apa belum?

Otak kita bisa berkolaborasi dengan hati belum?

Apa hati kita justru terpengaruh?

Sehingga hati kita malah menyembah otak, menyembah pikiran, tidak kenal kepada Sang Pencipta!

Silahkan otak dikembangkan akan tetapi hati jangan pernah dilupakan!

”Apabila segumpal daging itu baik maka baik semuanya dan apabila segumpal daging itu jahat maka jahat semuanya dan ketauhilah itulah hati!”

Bagaimana dengan hadist ini? dan bagaimana dengan upaya kita? apakah lupa bahwa ini pesan Rasulullah?

Ingat wahai saudaraku...!!!

Baik dan jeleknya manusia bukan dari otaknya akan tetapi dari hatinya, sedangkan otak dan pikiran yang dikuasai hati akan membantu manusia menjadi INTELEKTUAL WALI dan WALI YANG INTELEKTUAL yang sadar kepada Allah.

Akan tetapi ketika hati telah dikuasai otak dan pikiran maka akan muncul intelektual-intelektual yang melupakan Tuhannya walaupun lisan mengatakan aku menyembah Tuhan akan tetapi jiwa menyembah akal pikirannya!


Catatan perjalanan ”Si Fakir” yang hina

Dalam bumi kerendahan, 29 Oktober 2013

Hidup Sekali Harus Berarti



Sebarkan:

1 comments :