Home » » Catatan Kelam dari Si Fakir Yang Hina

Catatan Kelam dari Si Fakir Yang Hina

Written By Admin Sunday, May 8, 2011 - 9:16 PM WIB | 0 Komentar

catatan kelam.jpg


"Kamu tidak akan menjadi orang baik selagi kamu merasa benar dan menang sendiri"


Sudah berapa banyak kita menyalahkan orang lain?


Sudah banyak kita membanggakan diri?


Sudah berapa banyak kita merendahkan orang lain?


Sudah berapa banyak kita mencaci maki dan menghina orang lain?


Tentunya sudah tak terhitung lagi berapa banyak ucapan serta sikap dan perbuatan kita menjadikan kita berbangga diri.


Siapa diantara kita orang yang suci?


Siapa diantara kita orang yang baik?


Siapa diantara kita orang yang mulia?


Kalau saya jelas bukan orangnya, karena begitu banyak kesalahan dan dosa terukir kelam dalam lembaran putih tercoreng dengan tinta hitam. Ucapan demi ucapanku menjatuhkan orang lain, sikap yang kubentuk menjadikan orang tersakiti, bahkan tulisan yang kutulis hanya sebuah rasa kebanggaan dan keakuan yang melekat didalam hati apalagi ada sebuah pujian, padahal itu semua tanpa dariNya tidak akan tecipta tulisan ini.


Saya teringat kata-kata dari teman beliau Pak Kate - Lie


"Saya hanya ingin mengatakan, bahwa bukan berapa banyak yang bisa Anda tulis hari ini, tetapi yang penting adalah berapa banyak nilai yang bisa Anda berikan dari apa yang Anda tulis!"


Kata-kata itu membuatku terdiam dan membisu. Sebuah nilai menjadikan orang terinspirasi untuk baik, akan tetapi selama ini tiada nilai yang kuberikan dari tulisanku, hanya seonggok baris baris tiada bermakna dan berarti, bukan penuntun sebagai petunjuk arah sebuah kebaikan untuk orang lain, sehingga tulisan ini hanya topeng kepalsuan dari kemunafikanku!


Akupun tak tahu harus bagaimana?


Kalaupun ada 1 diatara segelintir umat manusia yang sedang membaca rintihan si fakir dan si hina ini, dengan segala kerendahan hati, bimbinglah jiwa ini, bimbinglah nurani ini, dan bimbinglah roh ini agar menjadi bersih dan suci, karena hatiku sekarang sedang membatu, rohaniku telah mati, dosa pun mengalir deras tiada henti,


Ya Tuhan…


Apakah aku memang ditakdirkan menjadi sampah?


Apakah aku memang ditakdirkan untuk celaka?


Apakah memang aku ditakdirkan untuk jauh dariMu?


Oh… betapa malangnya diri ini..


Padahal engkaulah yang menciptaka aku, dan pasti kembali kepadaMu


Aku tak tahu harus bagaimana mempertanggung jawabakan perbuatanku kelak ketika berhadapan dan bertemu denganMu?


Yang jelas sekarang aku malu dengan topeng kemunafikanku ketika berhadapan denganMu



Al Fakir Yang Hina



Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment