Home » , » Ramadhan, Bulan Suci Ataukah Bulan Pengakuanku Sebagai Tuhan?

Ramadhan, Bulan Suci Ataukah Bulan Pengakuanku Sebagai Tuhan?

Written By Admin Sunday, July 13, 2014 - 11:24 AM WIB | 0 Komentar

Wahai saudaraku…
Hari terus bergulir menghabiskan sisa usia dimana pada suatu saat sampai pada hari perjanjian, mau tidak mau jasad akan dipaksa untuk berpisahnya dengan roh, jasad asalnya dari tanah kembali kepada tanah sedangkan roh pulang kembali kepada Allah. Akan tetapi banyak dari kita terlena dengan apa yang kita miliki sekarang, padahal Allah telah mengingatkan kepada kita melalui ayatnya akan tetapi kebanyakan dari kita lupa, lalai dan lengah.
“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS. Al Anbiyaa’ [21] :1)
Walaupun kita sudah ibadah akan tetapi hati lupa tidak kunjung bertemu dengan Allah, bagaimana kita akan bertemu dengan Allah untuk memperoleh ampunan dan rahmatNya kalau di dunia ini tidak kenal kepadaNya? Sementara yang kita sembah hanya asma Allah yang agung itu, akan tetapi jiwa tidak pernah bisa membongkar dibalik asma yang agung itu, sehingga ibadah dan puasa kita hanya sebatas seremonial belaka tidak menjadikan tunduknya hati sehingga bisa merubah akhlaqul karimah yang endingnya adalah menjadikan manusia bertaqwadihadapanNya.
Inilah permasalahan yang harus kita hadapi!
Alhamdulillah…
Allah telah memberikan fadhol dengan turunnya bulan Ramadhan, sehingga semua umat Rasulullah Saw diberi prioritas mendapat kasih sayang dari Allah, akan tetapi dari rujukan ayat diatas, mungkin juga kita masuk didalam bulan ampunan, bulan penuh rahmat dan kasih sayangNya akan tetapi kita lalai dan lengah bahwa puasa adalah fadholdari Allah.
Dimana ada 3 keutamaan puasa yang diberikan Allah kepada umatnya Rasulullah Saw, sehingga 10 hari pertama akan diberi rahmat dan apabila rahmat diturunkan, semua akan diampuni oleh Allah sehingga masuk dalam 10 hari kedua mendapatkan maghfiroh dan siap untuk diampuni, dan terakhir masuk dalam 10 hari ketiga umat Rasulullah Saw akan dibebaskan dari neraka, bahkan diakhir bulan Ramadhan tidak cukup bebas dari api neraka akan tetapi ada hari dimana hari itu lebih baik daripada 1000 bulan yaitu malam lailatul qodar.
Akan tetapi ingat bisa jadi ayat diatas mengenai kita semua, sehingga umat Rasulullah Saw lupa dan lengah karena semua itu adalah fadhol(pemberian) dari Allah Swt.
Maka dari itu wahai saudara-saudaraku… mari kita merenung sejenak!
Setiap tahun kita berpuasa, setiap tahun kita melewati malam lailatul qodar, dan setiap tahun kita mendapat titel idul fitri, akan tetapi kenyataanya adakah perubahan akhlaqul karimahdidalam diri kita? Ataukah semakin merasa merasa benar, merasa baik, merasa sombong, merasa bangga bahkan merasa suci menyaingi Allah dengan perasaan aku kita?
Inilah fenomena yang terjadi saat ini, padahal orang yang kembali fitrah otomatis hatinya bersih dan suci  tiada pengakuan merasa baik dan suci didalam hatinya, akan tetapi justru menjadi hijab didalam diri kita.
Ingat…!!! Orang yang dipilih Allah untuk menerima fadholnya itu ada 2 ada yang dipilih langsung oleh Allah dan ada yang melalu proses.
“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya” (Q.S Asy Syuura [42]: 13)
Suatu saat ada sejarah dimana ada ulama besar yang bernama Abu Yazid Al Bustomi bermunajat kepada Allah sambil berdoa:
“Yaa Allah angkatlah orang-orang yang tidak mengerti agama dan orang-orang bodoh jadikanlah yang Engkau kasihi”
Suatu saat Beliau mendapatkan alamat (mimpi) bertemu dengan seorang remaja bernama Abdulloh anak dari pembesar disuatu daerah, yang merupakan pilihan dari Allah dan nampak sangat tinggi derajatnya dihadapan Allah sehingga Abu Yazid Al Bustomi mencari remaja tersebut disuatu daerah.
Ketika sampai pada suatu daerah bertemulah dengan ulama sekitar yang mengenal anak remaja itu, dan ketika ditanya mengatakan bahwa anak itu setiap hari berkumpul dengan 80 orang maksiat, sambil tidak percaya Abu Yazid Al Bustomi membuktikan kebenaran dari informasi itu sendiri, akhirnya bertemulah dengan remaja bernama Abdullohyang dalam mimpinya itu.
Abu Yazid Al Bustomi kecewa ternyata benar apa yang dikatakan oleh ulama setempat bahwa remaja itu sedang bergaul dengan 40 ahli maksiat. Pulanglah Abu Yazid Al Bustomi  dengan perasaan kecewa, ternyata tidak sesuai yang diharapakan seperti anak sholeh pada umumnya, setelah beberapa langkah meninggalkan kerumunan ahli maksiat tiba-tiba remaja tersebut memanggil Abu Yazid Al Bustomi  dan terjadilah dialog pada saat itu
“Wahai syeikh, apakah engkau mencari aku?”
Jawab Abu Yazid Al Bustomi
“Bagaimana engkau tahu bahwa aku sedang mencarimu? Apakah engkau yang bernama Abdulloh?”
Lanjut remaja itu bertanya
“Iya benar saya Abdulloh, engkau ulama yang bermana Abu Yazid Al Bustomi itu ya? mengapa engkau meninggalkan aku? Apakah hanya karena aku bergaul dengan 40 orang ahli maksiat ini?”
Terkejutlah Abu Yazid Al Bustomi sambil mengatakan
“iya… sesungguhnya saya sangat kecewa sekali ketika aku bertemu dengan engkau wahai remaja, tidak seperti yang aku prediksi bahwa engkau adalah remaja yang dicintai oleh Allah dan engkau bergaul dengan ahli ibadah, tapi tidak, kulihat dengan mata kepalaku sendiri engkau bergaul dengan 40 ahli maksiat, dan saya akan pulang dan tidak akan menemuimu lagi! ”
Remaja yang bernama Abdulloh itupun menjawab
“Tahukah engkau wahai syeikh, ini adalah tugas dari Allah untukku atas doamu yang pernah engkau panjatkan kepada Allah, masih ingatkah engkau atas doamu ketika engkau bermunajat kepada Allah untuk mengangkat orang yang tidak mengerti agama dan orang-orang bodoh sehingga menjadi orang yang dicintai oleh Allah?”
“Iya aku ingat” jawab Abu Yazid Al Bustomi
“Aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah dan Beliau menyuruhku untuk membimbing 80 orang ahli maksiat dan ini sesungguhnya tugas berat bagiku karena melanggar aturan agama, akan tetapi engkau malah suudzon kepadaku, dan sekarang 40 orang sudah sadar dan menjadi orang baik, dan sekarang giliranmu syeikh untuk membimbing ahli maksiat yang belum sadar ini!”
Saat itu menangislah Abu Yazid Al Bustomi sambil memohon maaf kepada remaja itu
Wahai saudaraku…
Kita ambil hikmah dari pelajaran diatas bahwa bahwa sesungguhnya Allah tidak padang bulu mengangkat hambanya untuk dijadikan kekasihNya.
Siapa saja bisa bisa mendapat fadhol (pertolongan) dari Allah termasuk remaja bernama Abdulloh yang dipandang hina oleh masyarakat ternyata malah remaja itu adalah kekasih Allah dan Rasulullah Saw. Allah memilihnya dan memberikan fadhol yang sangat besar sehingga ia menjadi kekasih Allah. 
 “Dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (Q.S Asy Syuura [42]: 13)
Begitupula yang kedua orang yang diberi fadhol harus melalui proses ikhitiar, melalui proses ibadah, melalui proses riyadoh-riyadoh, melalui proses puasa yang kita lakukan dibulan Ramadhan ini, yang tujuannya mencetak akhlaqul karimah menjadikan agar kita bertaqwa disisi Allah.
Akan tetapi apa artinya ketika kita ibadah, ilmu kita setinggi langit dan ibadah kita luar biasa akan tetapi tidak tertanam kerendahan, tidak tertanam kehinaan dan tidak mengeNOLkan diri tujuannya LILLAH (semata-mata hanya Allah) dan BILLAH (sebab semua datang dari Allah), sehingga muncul perasaan mampu, perasaan suci, perasaan lebih tinggi daripada orang lain sehingga menganggap rendah orang lain.
Awas….!!! Kalau kita syirik menyekutukan Allah dengan sifat aku walaupun hafal Al Quran dan 1000 kitab sekalipun, akan tetapi didalam hatinya ada perasaan aku seketika itu hapus seluruh amal yang kita kerjakan.
La'in 'Ashrakta Layaĥbaţanna `Amaluka Wa Latakūnanna Mina Al-Khāsirīna
"Jika kamu mempersekutukan Tuhan (merasa aku), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az Zumar [39]: 65)
Ingat…!!!
Hidup ini hanya sekali, sebentar lagi kita pulang kepada Allah kalau hati ini pulang tidak innalillahi wainna ilaihi roojiun dengan qolbin salim (hati yang selamat) hati yang merendah, hati yang tidak ada kemampuan, walaupun disebut orang mulia, disebut ustad, disebut kyai,  tetap hapus semua amal kita dihadapan Allah Swt.
Wahai saudaraku… rendahkan dirimu, tundukkan sayapmu, tinggalkan ketakaburan merasa “aku” dihadapan Allah dengan perasaan rendah, berlumuran dosa serta merasa butuh dan menjagakan Allah (NOL), karena fadhol Allah tidak akan diberikan kecuali kepada hati yang merasa rendah, berlumuran dosa dan merasa butuh dan menjagakan hanya kepada Allah. (Taqribul Ushul: 217).
Awas…!!!
Saat perasaan aku ada didalam hati, saat itu kita jauh dihadapan Allah Swt sedangkan orang yang dekat dengan Allah lebih banyak diam dan menangis bertaubat karena senantiasa merasa menyekutukan Allah, dholim dan kufur dihadapanNya.
Mulai detik ini harus dilatih, ketika sholat harus rendah, ketika sujud rendah, dan ketika baca sholawat harus tertanam kerendahan, jangan sampai kerendahan itu hilang, karena ketika kerendahan itu hilang, saat itu iblis datang menancapkan bendera “aku” didalam hati kita sehingga perasaan aku dan iblispun berkata kepada kita kamu bagus, kamu mulia, kamu suci, kamu ahli ibadah, kamu ahli surga, dan kamu orang yang dicintai Allah.
Kita adalah hamba, jangan sekali-kali merasa menjadi tuhan maka buang penyakit “ananiyah” (keaku-akuan).
Satu kali merasa aku sama saja kita mendeklarasikan “PENGAKUANKU SEBAGAI TUHAN”!
Satu kali mengatakan aku pandai sama saja mengatakan “PENGAKUANKU SEBAGAI TUHAN”!
Satu kali merasa aku adalah orang yang dicintai Allah saat itu engkau sesungguhnya jauh (bu’dun) dan sama saja mengatakan “PENGAKUANKU SEBAGAI TUHAN” karena merasa aku suci, merasa aku ahli ibadah, merasa aku mulia!
Maka buang penyakit aku, buang penyakit nafsu ananiyah dengan pengetrapan LILLAH BILLAH diterapkan didalam hati dan dengan mujahadah-mujahadah karena mujahadah adalah kunci hidayah dan pertolongan Allah Swt, sedangkan mujahadahbukan hanya bungkusnya (jasad) akan tetapi hati harus dilibatkan, lahir mujahadah diikuti batin mengetrapkan kerendahan sebagai hamba Allah.
Tidak ada yang diandalkan didunia ini, kalau akal mengandalkan lainnya boleh akan tetapi jiwa jangan sekali-kali mengandalkan selain Allah (Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah)!
Sekali lagi, latih… latih… latih… perasaan rendah dan hina dimanapun berada terutama dihadapan Allah karena wahuwa ma a’kum ainamaa kuntum (Allah beserta kita dimanapun berada) dan NOL jangan sekali-kali ada pengakuan, bawa dan pertahankan perasaan rendah dan NOL itu sampai mati karena sebentar lagi kita akan kembali kepadaNya.
Ingat…!!!
Satu kali membenci orang lain saat itu terganjal sudah perjalanan kita untuk menuju kepada Allah!
Satu kali menfitnah orang lain saat itu terganjal sudah perjalanan kita untuk menuju kepada Allah!
Satu kali menghujat orang lain saat itu terganjal sudah perjalanan kita untuk menuju kepada Allah!
Maka hilangkan kebencian… hilangkan fitnah… hilangkan hujat menghujat!
Kita saudara, semua umat, semua agama adalah saudara!
Kita berjuang untuk keluar dari dunia kembali kepada Tuhan Sang Pencipta!
‘Fabima rahmatin minallahi linta lahum walau kunta fazhzhan ghaliizhalqalbi lanfadhdhuu min haulika…”, (QS. Ali Imran [3]: 159)
Maka disebabkan rahman dari Allah, kamu lemah lembut kepada mereka. Seandainya kamu berperangai keras berhati kasar, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…”
Sekali lagi ingat…!!!
Kita adalah senasib, ciptaan dan diciptakan, maka harus kembali kepada Sang Pencipta (FAFIRRU ILALLOOH)!
Semoga sisa daripada kehidupan ini benar-benar bermanfaat dan berarti karena hidup kita hanya sekali dan tidak akan pernah ada kesempatan untuk mengulang kembali.
Dan semoga amal puasa dan ibadah kita di 10 hari yang kedua diterima dan mendapatkan maghfiroh (ampunan) dari Allah Swt sehingga diujung perjalanan kita dalam memasuki bulan Ramadhan mendapatkan titel taqwa dan idul fitri dihadapan Allah.
Aamiin…
-------------------------------------------------------------
Catatan kelam perjalanan “Al Fakir” yang hina
Dalam Bumi Kerendahan, 13 Juli 2014
“Hidup Sekali Harus Berarti”

* Refrensi diambil dari kajian alam hikmah edisi 134 “Membongkar Rahasia Ramadhan 10 Hari Pertama”


Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment