Home » , » Apa Jadinya Kalau Puasa Kita Hanya Menjadi Seremonial Belaka?

Apa Jadinya Kalau Puasa Kita Hanya Menjadi Seremonial Belaka?

Written By Admin Tuesday, July 1, 2014 - 9:04 AM WIB | 0 Komentar

Wahai saudaraku….
Kita sudah memasuki bulan yang penuh rahmat, bulan penuh ampunan sehingga begitu mulianya bulan ini, bahkan didalamnya ada hari istimewa dimana hari itu lebih baik daripada seribu bulan. Coba bayangkan begitu mulianya hampir setara 83 tahun dalam satu malam, dan dalam satu bulan itu ada 5 hari sehingga mulia dari 416 tahun itupun bersama malaikat apalagi bersama Allah mungkin lebih baik daripada satu juta tahun bahkan lebih karena kekuasaan Allah absolut dan tak terbatas, itulah malam lailatul qodar di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
Rasulullah juga bersabda :
“Barang siapa menyambut Ramadhan dengan hati gembira, maka haram jasadnya disentuh api neraka” (Al Hadist)
Di bulan ini seluruh umat muslim berbondong-bondong untuk memperbanyak amal dan ibadah bahkan tidurpun dibulan suci dan barokah ini menjadi ibadah, sungguh sangat mulianya bulan suci Ramadhan. Akan tetapi apakah bulan Ramadhan ini bisa menjadikan benar-benar bertaqwa sesuai dengan Al Quran surat Al Baqarah ayat 183 :
 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”



Ini ayat yang sangat luar biasa, puasa ini merupakan proses menjadikan orang-orang dilatih dan digembleng agar benar-benar menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah, sedangkan Rasulullah pernah bersabda 3 kali sambil menunjukkan dadanya sebagai tempat bersemayamnya taqwa “at-taqwa ha huna, at-taqwa ha huna, at-taqwa ha huna”, ini menunjukkan suatu sinyal bahwa sesungguhnya taqwa itu tempatnya ada didalam hati bukan diakal atau didalam tempurung otak kita.








Artinya Allah memberikan alat agar manusia bertaqwa bukan hanya fokus pada lahir saja berpuasa, menjaga makan dan minum serta meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa, akan tetapi hati juga harus berpuasa.
Alasannya, karena taqwa itu ada didalam hati, maka orientasi taqwa itu untuk hati sehingga walaupun setiap tahun kita berpuasa dan beribadah akan tetapi didalamnya bila hati tidak dilibatkan dengan perasaan rendah-serendahnya, tawadhu’, dan penuh berlumuran dengan dosa sehingga timbullah perasaan hina dina dihadapan Allah, maka puasa kita sesungguhnya tiada arti karena sesungguhnya ending dari puasa mencetak manusia menjadi  taqwa dihadapan Allah “la allakum tattaqun”.
Sebab ujungnya puasa adalah taqwa sedangkan Rasulullah mengatakan taqwa sendiri itu didada (hati), artinya puasa kita walaupun kita isi dengan berbagai macam amalan ibadah yang baik (tarawih, tadarrus, sholat malam, sahur, dan ibadah bagus lainnya) akan tetapi hati tidak pernah kita libatkan maka tiada arti puasa kita setiap tahun.
Mari kita koreksi dan bertafakur sejenak wahai saudaraku…!!! Bagaimana dengan puasa kita…???
Kalau fokus puasa untuk menjadikan hati semakin baik bertaqwa, sudahkah puasa kita menjadikan semakin merendah dihadapan Allah?
Sudahkah haji kita menjadikan tunduk dihadapan Allah?
Sudahkah sholat kita menjadikan menyadari semakin merasa hina dan penuh banyak dosa dihadapan Allah?
Sudahkah tadarrus kita menjadikan sebagai bahan renungan untuk menjadikan kita bertaqwa dihadapan Allah?
Apa jadinya kalau puasa kita hanya menjadi seremonial belaka?

“Berapa banyak orang yang puasa, tapi tidak dapat apa-apa kecuali haus dan lapar.” (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim)

Hanya sia-sia menahan haus dan lapar saja akan tetapi puasa kita tidak berefek pada hati dan jiwa kita, sehingga puasa yang semestinya menjadikan kita bertaqwa dan merendah dihadapan Allah, akan tetapi justru malah sebaliknya menjadikan kita bangga dengan puasa yang kita lakukan, bangga dengan sholat tarawih yang kita jalankan, bangga dengan tadarrusyang kita lantunkan baik dirumah, dimushola maupun dimasjid.
Inilah fenomena nyata yang terjadi saat ini!
Ingat…!!! Orang yang sudah bertaqwa dan semakin dekat dengan Allah, sedikitpun tiada pengakuan merasa aku didalam dirinya (aku mulia, aku alim, aku, ahli ibadah, aku terhormat, dsb), justru semakin dekat tidak berani mengaku dihadapan Allah.
“Wahuwa ma a’kum ainamaa kuntum” - Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada  (QS. Al Hadid : 4)
Seperti halnya ketika kita dekat dengan atasan kita, kita diam, tidak berani berkutik dan tunduk bahkan tidak berani mengaku-aku menunjukkan milik kita, akan tetapi ketika jauh kita berani dan sombong mengaku semuanya milik kita.
Maka dari itu kita koreksi bagaimana dengan keadaan kita wahai saudaraku…???
Sudahkan hati kita mencerminkan taqwa dihadapan Allah? ataukah masih ada pengakuan merasa baik, merasa mulia, bahkan merasa benar sendiri?
Sudahkah ibadah, puasa, haji, dan amal baik lainnya berefek pada hati? atau malah menjadi suatu kebanggaan dan kesombongan terhadap diri kita?
Ingat kita adalah hamba….!!! Sekali lagi, hamba adalah rendah, tidak ada kemampuan dan kekuatan walau sebiji sawi, maka masuklah di bulan Ramadhan ini sebagai hamba tidak ada kebanggan untuk beribadah, dan perasaan baik karena semua adalah pertolongan dari Allah (Laa Haulaa Walaa Quwwata Illa Billah).
Maka dari itu, jadikan momentum bulan Ramadhan ini sebagai bulan kerendahan dan bulan kepasrahan dihadapan Allah, karena ketika kekuatan rendah dan NOL (pasrah) menyatu didalam diri seorang hamba, bisa menjadikan kekuatan yang sangat hebat dan luar biasa, kekuatan absolut dan tak terbatas, itulah kekuatan Maha Dahsyat yang kami sebut dengan TANGAN TUHAN.
Wahai Saudaraku…!!!.
Pertolongan Allah tidak akan diberikan kepada siapapun juga walaupun kita berpuasa dan beribadah setinggi langit dibulan Ramadhan ini kecuali diberikan kepada hati yang merasa rendah dan berlumuran dosa dan senantiasa menjagakan dan memandang kepada Allah belaka.
“Laa yakunul fadhlu illaa lilquluubil munkatsirotil muta-arridhotil linnafahatil ilaahiyyah” (Taqribul Ushul: 217)
“Fadhol Allah tidak akan diberikan kecuali kepada hati yang merasa rendah, berlumuran dosa dan merasa butuh (menjagakan hanya kepada Allah)”
Bagaimana dengan diri kita ini…??? Ingat hidup hanya sekali...!!!
Alangkah kecewanya jika kita diberi kesempatan hidup dan bertahun-tahun melaksanakan ibadah dan berpuasa dibulan Ramadhan yang penuh barokah ini, tapi kita belum bisa melibatkan hati untuk beribadah didalamnya.
Mungkinkah hati kita ini buta…??? atau hati kita mati sehingga tidak bisa kita libatkan untuk beribadah kepadaNya, kita beribadah bukan hanya bungkusnya (jasadnya) tap roh (hati) harus kita libatkan untuk beribadah kepada Allah.
Al kamil man yakunu jam’u wal farqu(orang yang sempurna hatinya senantiasa bersama Allah) “Wahuwa ma a’kum ainamaa kuntum” (QS. Al Hadid : 4) artinya Dan DIA (Allah) bersama kita dimanapun berada, sedangkan lahirnya tetap bersama manusia.
Sudahkah kita seperti ini…..!!! ataukah hanya lahirnya belaka beribadah menyembah Allah, tapi jiwa kita mati tidak pernah ingat kepada Allah bahkan senantiasa merasa baik, merasa aku, merasa ada kemampuan, merasa ada dan bangga dengan amal ibadah ini padahal semua adalah pertolongan dan milikNya (Allah).
Ingat… !!!  Taqwa itu adalah hati, bukan jidad yang hitam karena banyaknya sujud atau sembabnya mata karena banyak menangis, tapi adalah hati yang memutih karena sadarnya kepada Allah bahwa dia NOL tidak memiliki kemampuan apapun (Laa Haulaa Walaa Quwwata Illa Billah).
Apa artinya menangis akan tetapi tidak ingat kepada Allah, malah takut bukan selain kepada Allah, tidak Lillah dan tidak Billah?
Apa artinya kalau hati tidak pernah dilibatkan, malah bangga dengan airmata dan merasa puas dengan airmata itu sehingga tidak pernah menjagakan Allah, menjagakan istighfar, menjagakan sholat malam bahkan menjagakan sujud sehingga nampak hitam pada jidadnya.
Inikah yang disebut kembali kepada fitrah….???
Orang yang fitrah (Idul Fitri) kembali kepada sifat hamba, senantiasa merasa penuh berlumuran dosa, sadar dirinya NOL (pandangannya hanya kepada Allah) dan senantiasa merendah serendah-rendahnya dihadapan Allah, tidak ada pengakuan sebiji sawipun.
Selamat berpuasa dibulan Ramadhan semoga Ramadhan ini menjadi maghfiroh bagi kita semuanya…
Ingat…!!! Sekali lagi…. Semuanya itu diberikan kepada kita semua yang merasa rendah, merasa dosa, dan hanya butuh dan menjagakan allah semata-mata, tidak pernah mengandalkan amal (puasa, tarawih, sholat malam, tadarrus quran, dan amal ibadah baik lainnya). Maka dari itu bersih hati kita, suci jiwa kita, dan bersiaplah menghadap Sang Penguasa Sejati.
Semoga puasa kita dan puasa seluruh umat islam diseluruh dunia diterima oleh Allah, dijadikan orang-orang yang bertaqwa dihadapanNya sehingga kembali fitrah seperti bayi yang baru lahir “ka yaumin waladathu ummuh”.
Aamiin…
-------------------------------------------------------------
Catatan kelam perjalanan “Al Fakir” yang hina
Dalam Bumi Kerendahan, 1 Juli 2014
“Hidup Sekali Harus Berarti”


Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment