Home » » Tuhan Itu Kejam, Dasar Tasawuf Edan!

Tuhan Itu Kejam, Dasar Tasawuf Edan!

Written By Admin Wednesday, January 12, 2011 - 10:09 PM WIB | 0 Komentar

Dalam pembahasan kali ini penulis akan memaparkan apa sebenarnya tasawuf itu? seberapa penting mendalami tasawuf itu? dimana sebagian besar pendapat bahwa ketika memperdalam tasawuf menjadi suatu momok besar untuk menjauhkan dari dunia dalam istilah tasawufnya "Zuhud", dan ini anggapan yang sangat sangat keliru! Sekali lagi sangat keliru!

Bahkan ada sebuah pengakuan dimana penulis kemarin sempat bertemu dan berdiskusi dengan salah satu seseorang ahli filsafat S2 jebolan dari universitas salah satu perguruan tinggi ternama di timur tengah mengatakan bahwa, ketika dirinya masuk dalam ranah tasawuf seakan-akan kita terbelenggu dengan ritual ibadah saja, tanpa mengurusi dunia, sehingga dalam kesimpulannya, orang tersebut menyatakan bahwa "Tuhan Itu Kejam, Dasar Tasawuf Edan!" karena paradigma yang dibangun setelah mendapatkan dari berbagai sumber ulama di timur tengah berkesimpulan bahwa apabila dekat dengan Tuhan, orang itu akan mendapatkan ujian yang sangat hebat dan akan hidup miskin seperti Nabi Ayub.

Lantas ulama itu lupa, bagaimana dengan contoh Nabi Sulaiman? apakah Nabi Sulaiman tidak sufi? inilah kesalahan ulama-ulama ahlul fikri (ahli logika, ahli filsafat) mendoktrin umat agar menjauh dari tasawuf. Dia lupa bahwa semua nabi adalah sufi dan tidak ada nabi yang tidak sufi (kata sufi berasal dari kata Safa dalam arti suci dan sufi adalah orang yang disucikan).

Coba kita tengok didalam sejarah peradaban manusia, apakah ada umat manusia dijagat ini melebihi kekayaan Nabi Sulaiman? Dimana Beliau memimpin kerajaan manusia maupun kerajaan jin. Ratu bilqis yang sangat cantik ia jadikan istri, Hartanyapun berlimpah tiada tertandingi sepanjang masa. Tapi Nabi Sulaiman tidak terpengaruh sama sekali dengan apa yang ia dapat, yang ada didalam hatinya "itu semua adalah kuasaMu Yaa Alloh" (Haadza Minfadli Robbi).

Lalu dimana letak kesalahan kita? menganggap bahwa mempelajari tasawuf itu adalah sebuah momok yang sangat menakutkan! Padalah mutlak manusia kembali kepada Sang Pencipta harus dalam keadaan suci, dan yang dimaksud suci disini, ialah suci dari sebuah pengakuan merasa AKU (aku hebat, aku pandai, aku mulia, aku hidup, aku bernafas, aku melihat, aku pemimpin, dsb) karena pada hakekanya manusia adalah mati. Maka apakah ada yang mati itu merasa hidup? Apakah ada mati merasa mulia? Apakah ada yang mati merasa bernafas? Tolong renungkan dengan hati yang jernih!

Didalam Azzumar 30 :

"Innaka Mayyitun Wa Innahum Mayyitun"

Sesungguhnya kau adalah mati dan kamu semua adalah mati.

Ingat didalam hadist Qudsi mengatakan dalam arti bebasnya

"Aku terserah dari sangkaan hambaku, ketika hambaku berprasangka baik kepadaKu maka AKU akan kabulkan prasangka baik itu, dan apabila hambaKu berprasangka jelek kepadaKu maka Kukabulkan apa yang ia sangka jelek itu kepadaKu"

Maka jelaslah dimana letak kesalahan kita, menganggap tasawuf itu adalah ilmu tinggi, menganggap tasawuf itu hanya orang-orang yang menjauhi dunia saja. Menganggap hanya orang-orang diatas 40 tahun saja yang bisa mempelajari. Tidak itu presepsi yang salah!

dan siapa yang masuk, siap-siap untuk menjadi seperti Nabi Ayub, hidup kita akan dihiasi dengan ujian dan cobaan. Inilah presepsi yang sangat keliru, karena kita terburu-buru berprasangka buruk terhadap Tuhan sampai mengatakan "Tuhan itu Kejam", maka saat itu Alloh mengabulkan sangkaan buruk kita.

Sedangkan justru tasawuf yang hakiki itu mengajarakan hubungan vertikal kepada Tuhan, dan hubungan horizontal kepada makhluk, berdampingan selaras dan seimbang antara lahir dan batin. Seperti yang dicontohkan beliau Rosululloh Saw, beliau adalah contoh seorang yang sempurna, dikala melakukan hubungan terhadap manusia beliau tetap kepada koridornya yaitu melaksanakan hukum-hukum syariat, akan tetapi hati beliau tidak terpengaruh sedikitpun dengan dunia, aura kezuhudannya nampak jelas, dari sifat ketawadhuan, kesabaran serta kedermawannya.

Seorang tasawuf asli bukan gadungan itu lahirnya selalu bergelimang dengan dunia (bekerja, bersosialisasi, menjadi pemimpin, menjadi guru, menjadi tukang becak, menjadi pedagang dsb), akan tetapi hatinya tidak terpengaruh sedikitpun dengan dunia yang ia dapat sebab ia sadar bahwa semua yang ada didunia adalah skenario dari Tuhan yang sudah ditetapkan dan harus dijalankan. Ingat pengetrapan ini letaknya didalam hati yang paling dalam!Ketika jadi kita jadi atasan, bawahan ada yang salah, tetap harus ditegur dan diperingatkan, akan tetapi hati tetap jangan ikut marah apalagi membenci bawahan kita, yang kita benci hanya perbuatannya bukan pada orangnya.

Begitupula ketika kita sakit, lahirnya berobat kedokter akan tetapi hatinya tetap pandangannya hanya kepada Alloh, dimana kesembuhan itu mutlak dari Alloh, hanya saja kesembuhan itu Alloh menitipkan melalui perantara makhluknya yang bernama dokter.

Maka apabila ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya seorang tasawuf, akan tetapi ketika ia sakit, hanya pasrah tidak melakukan ikhtiar lahir, tidak bekerja, tidak melakukan aktifitas bersosialisai terhadap masyarakat, inilah kesalahfahaman yang sangat fatal, nafsupun juga bisa ikut andil didalamnya, seolah-olah benar didalam hatinya muncul sebuah pengakuan (merasa mulia) karena dia sudah zuhud, jauh meninggalkan dunia.

Inilah paham sangat keliru yang sekarang sudah menyebar dikalangan umat.

Orang tasawuf itu lahirnya kumpul dengan makhluk akan tetapi hatinya sepi dari makhluk (nol)

Maka apabila ada orang yang mengaku-ngaku sudah bertasawuf akan tetapi menjauhi dunia (tidak mau bekerja dan bersosialisai), orang adalah tersesat oleh hawa nafsunya! Karena tidak sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh berliau Rosululloh Saw. Dan dia terjebak dalam nafsunya sendiri seakan-akan dengan meninggalkan dunia dia akan menjadi orang sufi!

Dia lupa, dimana ia sebagai tulang punggung keluarga yang semestinya mencari nafkah untuk keluarganya, malah ia tinggal. Inilah nafsu yang sangat halus seakan-akan benar tapi salah.

Silahkan anda kaya! Silahkan ada sukses! Silahkan anda bergelimang dengan harta! Tapi ingat hati jangan sampai terpengaruh dengan itu semua, tujuan hidup kita hanya Tuhan.

Ingat rumus dunia semua pasti akan berpisah dan pasti akan berakhir!

Maka ciri-ciri orang bertasawuf yang sadar hatinya selalu diliputi oleh dinginnya salju kesabaran karena yang dia gantungkan hanya Tuhan.

Itulah yang dimaksud dengan tasawuf, perpaduan antara sikap lahir dan batin sehingga menjadi orang itu sempurna, dan yang pasti orang itu memiliki akhlaqul karimah yang sangat luhur.

Lantas bagaimana dengan posisi kita? terpengaruhkanh kita kepada dunia serta menjauhkan diri kita kepadaNya? atau malah dunia itu kita kendarai untuk mengenal dan menuju kepadaNya?

Ingat!

Puncak dari tasawuf dia tidak pernah merasa ada pengakuan bertasawuf. Dan puncak seorang sufi dia tidak pernah ada pengakuan menjadi seorang sufi.

Konon kabarnya ada salah satu bimbingan dan metode sangat praktis yang diajarkan oleh amalan "Sholawat Wahidiyah" untuk memadukan antara sikap lahir dan batin sehingga orang itu menjadi sempurna dan memiliki akhlaqul karimah yang sangat mulia.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain! Bisa jadi, mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok).  (QS al-Hujuraat [49]: 11)

Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment