Wahai saudaraku...
Kita telah masuk babak awal melangkah memasuki tahun baru, dimana merupakan langkah awal perbaikan diri dari tahun sebelumnya, karena dengan bergantinya tahun maka semakin berkurang umur kita dan semakin dekat perjanjian dengan Malaikat “Sang Pencabut Nyawa” dan semua pasti akan dimintai pertangungan jawab, maka persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya.
Kita telah masuk babak awal melangkah memasuki tahun baru, dimana merupakan langkah awal perbaikan diri dari tahun sebelumnya, karena dengan bergantinya tahun maka semakin berkurang umur kita dan semakin dekat perjanjian dengan Malaikat “Sang Pencabut Nyawa” dan semua pasti akan dimintai pertangungan jawab, maka persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya.
Ingat saudaraku…!!!
Sukses atau
tidaknya tergantung diawal melangkah, maka barang siapa yang melangkah diawal
cemerlang maka cemerlang pula di akhir perjalanan kita menuju kepada Alloh.
"Man
asyroqot bidayatuhu asyroqot nihayatuhu” (Al Hikam - Syeikh Ibnu Athoilah)
Maka sebagai
langkah awal kesuksesan kita harus tahu siapakah diri kita? dan siapa yang kita sembah?
Ingat saudaraku…!!!
kita ini adalah hamba, dan hamba itu adalah ciptaan, dan ciptaan itu asalnya
tidak ada, bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Seperti roti,
roti mustahil ada kalau tidak ada yang membuat, begitupula manusia mustahil ada
kalau tidak ada yang menciptakan, maka seharusnya hamba sadar bahwa dirinya
adalah "CIPTAAN".
Kata “CIPTAAN” merupakan kunci awal mengenal
jati diri, siapakah sesungguhnya diri ini!
Maka dari itu
saudaraku..
Hamba tetaplah hamba, tidak mungkin HAMBA
menjadi TUHAN, dan tidak mungkin TUHAN menjadi HAMBA!
Maka ketika
manusia merasa bisa, merasa kuat, merasa hidup, dsb sesungguhnya ia dholim tidak menempatkan pada tempatnya,
karena manusia adalah ciptaan, dan yang mempunyai sifat bisa, kuat, hidup dsb
itu hanya milik Alloh SWT.
Inilah yang
membuat perjalanan kita menuju kepada Alloh gagal, karena tidak tahu siapakah
yang kita sembah!
Padahal kita
setiap hari telah berjanji didalam sholat: “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan
matiku hanya untuk Alloh!”
Pertanyaannya,
jangankan ibadah untuk Alloh, kenal dengan siapa yang kita sembah itupun kita
tidak tahu!
Kenapa tidak
tahu? Karena hati kita kotor, penuh dengan hijab,
penuh dengan sifat AKU, sehingga kita tidak kenal dengan siapa yang kita
sembah.
Maka untuk
mengenal Alloh mutlak jiwa harus dibersihkan dari penyakit-penyakit hati yang
berupa iri, dengki, hasud, ghibah,
anamimah, terutama ananiyah, dimana penyakit ananiyah (AKU) ini sudah menyebar kedalam sendi-sendi kehidupan,
sehingga manusia tidak mengenal dirinya sehingga dia mengaku sebagai TUHAN!
Inilah musuh
utama bagi umat manusia yang menjadikan kita tidak kenal dengan Alloh SWT, penyakit
yang sangat ganas yaitu “PENYAKIT AKU”
(aku mampu, aku kuasa, aku alim, aku kaya, aku mulia, dsb).
Ingat…!!! Alloh
sangat murka ketika sifatnya disekutukan dengan makhluk
Maka ketika kita
berjalan menuju kepada Alloh, hati harus NOL dari perasaan mampu, kuasa, alim,
kaya, mulia dsb.
Perasaan ini
harus dilatih… dimanapun dan kapanpun berada!
INGAT…!!! TAKABUR PALING HALUS KETIKA HAMBA
HILANG PERASAAN NOL DAN RENDAH
Maka berjalanlah
diatas “KERENDAHAN” sebagai hamba,
dan “TENGGELAMKAN” diri kita kedalam
samudera keesaanNya sebagai makhluk yang diciptakan.
Perbanyak mujahadah… perbanyak sholawat… perbanyak Yaa Sayyidii Yaa Rosulullooh… tentunya bukan hanya lahir yang bermujahadah dan bersholawat akan tetapi
hati harus dilibatkan, karena itu adalah kabel penghubung perjalanan kita
menuju kepada Alloh SWT.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri,
dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya
pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al A'raaf : 23)
------------------------------------------------------------
Catatan kelam perjalanan “Al Fakir” yang hina
Dalam Bumi Kerendahan, 3 Januari 2017
“Hidup Sekali Harus Berarti”
Mohon izin mengamalkan do'a pembersih jiwa
ReplyDelete