Marhaban Yaa Ramadhan…
Kita telah
masuk dalam bulan yang mulia dimana bulan itu adalah bulan yang penuh berkah,
bulan dimana sang hamba diperkenankan untuk mencapai suatu kemulyaan mendapatkan
gelar taqwa dihadapan Allah. Ramadhan
ibarat sebuah mesin dimana mesin itu untuk mencetak agar manusia bermartabat
sehingga menjadikan mulya kedudukan dihapadan Allah. Seperti halnya kupu-kupu tidak akan menjadi
indah, selagi si ulat tidak mengalami proses menjadi kepompong dahulu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al Baqarah : 183)
Marhaban Yaa Ramadhan…
Tapi sebelum
melangkah lebih jauh, mari kita koreksi bersama, setiap tahun kita berpuasa,
setiap tahun kita melewati malam lailatul
qodar, dan setiap tahun kita mendapat titel idul fitri, akan tetapi kenyataanya adakah perubahan akhlaqul karimah didalam diri kita?
ataukah masih ada penyakit hati perasaan sombong, iri dan hasud terhadap
terhadap sesama? Fenomena yang terjadi saat ini, manusia sudah hilang
kemanusiaannya, sehingga manusia sudah tidak bermoral dan bermartabat lagi.
Banyak kasus
dan berita yang sudah kita saksikan bersama dan bukan menjadi rahasia umum
lagi, kebobrokan moral sudah muncul bukan hanya dari kalangan remaja akan
tetapi muncul dari kalangan anak-anak, syahwat
diumbar begitu saja, layaknya seperti hewan tanpa akal dan pikiran.
Mari kita
renungkan bersama-sama wahai saudaraku….
Masih ada KANKER ROHANI yang menjangkit rohani
kita? Masih ada perasaan iri terhadap sesama, sehingga menimbulkan hasud?
Tentunya
ramadhan bukan hanya sekedar menahan lapar dan belaka, akan tetapi ramadhan
adalah ajang untuk melatih jiwa, supaya kenal dengan jati dirinya, sehingga
hati kita menjadi bersih.
Ingat
Rasulullah Saw pernah bersabda yang pernah diriwayatkan oleh Abu Dawud:
"iyyakum
wal hasada fainnal-hasada yak kulul hasanaati kamaa takkulunnaarul
hathoba"(HR Abu Dawud)
artinya:
“Jauhilah
sifat dengki karena sesungguhnya dengki itu bisa merusak amal kebaikan,seperti
halnya api memakan kayu”
Begitu hebatnya
penyakit hasud itu sehingga amal yang kita bangun apabila terjangkit penyakit
hasud itu bagaikan api memakan kayu sehingga tiada satupun tersisa.
Definisi dari iri sendiri adalah sesuatu
hal yang tidak suka terhadap kelebihan orang lain akan tetapi masih tersimpan
didalam hati.
Ciri-ciri orang
iri hati:
1. Tidak dapat
melihat orang lain lebih (maju,bahagia, atau berhasil).
2. Cenderung
senang mencari kesalahan orang lain.
3. Sulit
mencukup diri dengan apa yang ada (sulit bersyukur).
4. Senang lihat
orang lain susah/menderita /gagal.
5. Cenderung
banyak membicarakan/mengexpose masalah orang lain.
Contoh:
Ada orang yang
bernama fulan dan fulana, suatu saat kedua orang itu
diterima disalah satu perusahaan yang bonafit sama-sama memulai karir dari nol,
suatu saat si fulana diangkat posisinya yang lebih tinggi oleh pihak manajemen,
saat itu tidak terima dengan keputusan dari pihak manajemen, akhirnya dalam
hati berkata “kok bukan aku ya yang diangkat, padahal aku lebih pintar daripada si
fulana”
Begitupula dengan hasud, cirinya sama
seperti iri akan tetapi dia mulai action (ada
tindakan) dengan berbagai cara untuk menjatuhkan kepada lawannya, apabila kisah
si fulan tadi hanya terpendam didalam hati, kali ini si fulan rela melakukan apapun untuk menjatuhkan si fulana. Dia mulai action untuk mengadu domba terhadap
sesama, bahkan dia bahkan dia berani menjilat atasannya dengan tujuan untuk
menjatuhkan si fulana.
Itu contoh
dalam skala kecil, begitupula contoh dalam skala besar:
Bagaimana
jadinya jika seorang pimpinan negara mengidap penyakit kanker rohani. Tentulah
efeknya sangat besar, mungkin akan terjadi perpecahan antar bangsa, sehingga
perang dunia ke-3 akan terjadi.
Sungguh sangat mengerikan…!!! Jutaan orang
yang tidak bersalah mati gara-gara penyakit rohani tersebut. Begitu hebat
penyakit kanker rohani yang menimpa umat di zaman ini!
Ingat…!!! Penyakit hasud itu tidak akan
muncul jika orang itu tidak memiliki perasaan lebih (AKU)! Dan orang hasud
hidupnya tidak akan tenang, pada umumnya penyakit ini melanda kaum atas,
pimpinan, dan orang kaya!
Dalam filsafat
jawa Sunan Bonang dengan lihai
menggambarkan didalam pewayangan, zaman itu adalah zaman adalah zaman kolobendu! dan Sunan Kalijogo menggambarkan sifat hasud itu dengan karakter dasamuka (dasa = 10 muka = wajah,
artinya berwajah 10), dasamuka tidak
rela kalau ada yang melebihi dirinya, dalam kisah pewayangan dasamuka iri dengan rama yang memperistri dewi
shinta. Sehingga segala macam cara bagaimana ia menjatuhkan rama agar
mendapatkan dewi shinta. dasamuka mempuyai aji pancasona dan aji
rawarontek (tidak bisa mati), siapapun tidak bisa mengalahkan dasamuka, hanya anoman wanaraseta (kera putih) yang bisa mengalahkan dengan
menjatuhkan bukit suwamana (siyem).
Filosofi ini
mengandung arti bahwa sifat “AKU” (dasamuka)
tidak akan pernah mati selagi belum hati kita belum menjadi kera putih (anoman wanaraseta) yang berarti kera
adalah filosofi kerendahan dan putih adalah suci (NOL) dan bukit suwamana/siyem adalah filosofi manusia
asalnya dari tanah kembali kepada tanah.
Dalam kumpulan larik
puitis hikmah yang disampaikan oleh Ibnu
Atha’illah as-Sakandari yang terkenal, dalam kitab Al-Hikam, beliau menulis:
Idfin
wujudaka fil ardhil-khumul, fama nabata mimma lam yudfan la yatimmu
natajuhu
(Tanamlah
wujudmu dalam bumi kerendahan, karena sesuatu yang tumbuh dari apa yang tidak
ditanam, hasilnya tidaklah sempurna).
Dan beliau Syeikh Sayyid Abdul Majdid Ma’roef Ra dalam
karangan sholawat wahidiyahnya mengajarkan:
حَتىَّ
لاَنَرَى وَلاَنَسْمَعَ وَلاَنَجِدَ وَلاَنُحِسَ وَلاَنَتَحَرَكَ وَلاَنَسْكُنَ
إِلاَّ بِهَ،
HATTA
LAA NAROO WALAA NASMA’AA WALAA NAJIDA WALAA NUHISSA WALAA NATAHARRAKA WALAA
NASKUNA ILLA BIHAA.
Tenggelamkanlah
kami dalam pusar dasar samudera keesaan-Mu sedemikian rupa, sehingga tiada kami
melihat, tiada kami mendengar, tiada kami menemukan, taiada kami merasa, tiada
kami bergerak dan taiada kami berdiam melainkan senantiasa merasa dalam
samudera tauhid-Mu.
Renungkanlah
wahai saudaraku….!!!
Masih adakah
kerendahan didalam jiwa kita? Ataukah perasaan “AKU” yang mendominasi didalam
jiwa kita? Ingat…!!! Hidup hanya sesaat… dunia yang kita dapat sebentar lagi
pasti akan kita tinggal, maka hilangkan perasaan memiliki, hilangkan perasaan
iri, dan hilangkan perasaan hasud terhadap sesama.
Kita adalah
manusia, satu ciptaan, dan satu tuhan (Alloh)!, maka bersihkanlah hati,
rendahkanlah dihadapan Alloh karena kita adalah hamba, NOL jangan merasa
memiliki kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, asalnya tanah kembali kepada
tanah!
Hanya 2 kekuatan yang harus kita latih dan
kita bawa sampai mati rendah dan NOL!
Alangkah indah
jika jiwa kerendahan teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tiada lagi
penyakit iri dan hasud, sehingga tercipta negeri yang baldatun toyyibatun warobbun ghofur (negara bermartabat dan selalu dalam
ampunan Alloh).
Wassalamualla’ikum Wr Wb
*****
Catatan perjalanan Al Fakir yang hina
Dalam bumi kerendahan, 11 Juni 2016 (6
Ramadhan 1437 H)
“Hidup Sekali Harus Berarti”
0 comments :
Post a Comment