Home » » Apa Mungkin Kita Mengenal Alloh Selagi Hati Kita Belum Kita NOL kan?

Apa Mungkin Kita Mengenal Alloh Selagi Hati Kita Belum Kita NOL kan?

Written By Admin Thursday, May 19, 2016 - 5:13 PM WIB | 0 Komentar

“Apa mungkin kita mengenal Alloh selagi hati kita belum kita NOL kan dari semua makhluk yang menempel didalam hati?”
كَيْفَ يُسْرِقُ قَلْبٌ صُوْرُ الْأَكْوَانِ مُنْطَبِعَةٌ فِى مِرْ آتِهِ
Tentu tidak mungkin, karena Alloh Maha Esa, Alloh Maha Suci, maka ketika kita berhadapan dengan-Nya semua harus kita tinggal, dan semua harus kita leburkan!
Maka wahai saudaraku…!!!
Bagaimana kita bisa menghadap dan menghamba kepada Alloh dengan benar, selagi kita belum kenal kepada-Nya???
Jangankan menghadap kepada Alloh Yang Maha Agung, kenalpun kita tidak mampu!
Kita hanya sebatas kenal kalimat “Allahu Akbar” “Allahush-shomad” akan tetapi dibalik kalimat yang Maha Agung dan Maha Dahsyat itu kita tidak bisa membongkar kalimat yang hebat yang dapat menolak kiamat itu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُقَالَ فِي اْلأَرْضِ: اللهُ، اللهُ
“Tidak akan datang hari Kiamat hingga di bumi tidak lagi disebut: Alloh, Alloh.” [Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Dzahaabul Iimaan Akhiraz Zamaan (II/ 178, Syarh an-Nawawi)]
Buktinya ketika kita membaca “Allahu Akbar” kita masih merasa besar, merasa benar, merasa suci, merasa aku, padahal ketika si hamba dekat dengan Sang Pencipta, dia tunduk, diam, merasa kecil, dan banyak dosa, yang notabene manusia tempatnya salah dan dosa, seperti halnya seorang seorang pengemis yang ingin dikasihani untuk diberi makan, dia hanya tertunduk, memelas dan mengiba kepada si pemberi berharap ia diberi makan, tidak ada sikap sombong didalam diri seorang pengemis. Mestinya seorang hamba mempunyai jiwa seorang pengemis, selalu rendah, dan butuh pertolongan.
Maka tentunya kalau kita benar-benar menyadari dan merasa Allohu Akbar, maka saat bibir mengucap hati dan jiwa ini tenggelam kedalam kesadaran terhadap Alloh yang memiliki sifat agung, sehingga timbullah rasa NOL, tiada arti, dan rendah serendah rendahnya, apakah kita sudah demikian wahai pembaca yang budiman.
Mari kita renungkan diri ini, kita mau pulang kepada Alloh yang Maha Agung
Allohu Akbar…. Allohu Akbar…. Allohu Akbar…. Ternyata diri ini sangatlah buta tidak mengenal kepada Sang Pencipta!
Munafikkah hati ini? Atau memang sangat buta


وَمَنْ كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا
“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)” (QS. AL ISRAA : 72)
Bagaimanakah dengan keadaan kita wahai saudaraku…???
Ingat…!!! Pintu awal kenal (ma’rifat) kepada Alloh ada didalam kerendahan!
Dalam sejarah, iblis adalah pemimpin para malaikat, akan tetapi kedudukannya jatuh hanya karena dia tidak rela disuruh bersujud oleh Alloh kepada Nabi Adam AS karena merasa lebih baik daripada Nabi Adam AS yang tercipta dari api sedangkan Nabi Adam AS tercipta dari tanah.
Begitupula dalam sejarah seorang pelacur yang notabeneadalah yang dianggap sebagai sampah masyarakat dan pasti masuk neraka, Alloh mencintai seorang pelacur itu, kedudukannya diangkat menjadi mulia hanya gara-gara memberi minum air kepada seekor anjing yang hampir mati gara-gara kehausan. Didalam hatinya dia berkata “lebih baik kamu anjing yang tidak mempunyai akal akan tetapi engkau tidak pernah maksiat daripada aku diberi akal oleh Alloh akan tetapi aku selalu maksiat dihadapan Alloh”, saat itu melelehlah air mata kerendahan seorang pelacur itu yang menjadi sebab ia dicintai oleh Alloh dan dimasukkan didalam surga.
Ingat wahai saudaraku…. “SEORANG KEKASIH ALLOH PASTI DICINTAI…!!!”
Maka dari itu baik tidaknya seorang manusia itu tergantung dari hatinya
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Ketahuilah bahwa pada jasad terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh jasadnya, ketahuilah itu adalah hati” (Shahih Bukhari)
Karena hati adalah pusat untuk mengenal kepada Alloh, maka tidak akan mungkin hati akan mengenal Alloh selagi didalam hati itu terisi makhluk-makhluk selain Alloh dan Alloh pasti akan cemburu, dan melaknat seorang hamba tersebut, apalagi didalam hatinya tertanam 20 sifat yang wajib Alloh miliki  merasa ada, merasa kuasa, merasa kaya, merasa alim, merasa suci, dsb.
Inilah awal “Pengakuanku Sebagai Tuhan”, dimana sifat itu ada pada diri seorang manusia.
Maka buang sifat aku didalam diri kita, dalam filsafat jawa “ketok en kuku-kukumu (potonglah kuku-kukumu)” yang terdiri dari 20 kuku (10 jari tangan dan 10 jari kaki), yang mengandung makna buanglah sifat keaku-akuanmu, sesuai dalam kitab aqidatul awam, Alloh mempunyai sifat wajib 20 yang tidak mungkin atau mustahil dimiliki makhluk, inilah ilmu tauhid (Meng-Esa-kan diri kepada Alloh).
Dalam kalimat indah seorang ahli tasawuf mengatakan “Pancunglah Lehermu Bila Ingin Mengenal Tuhanmu”, ini mengandung arti kata yang sangat dalam apabila ingin mengenal Alloh jangan memakai akal akan tetapi pakailah hati, hati yang bersih, hati yang “NOL” tidak mengandalkan makhluk selain Alloh.
Maka saat hati bersih hilang “Pengakuanku Sebagai Tuhan” didalam hatinya, saat itulah seorang ahli tasawuf berkata “ketika kupejamkan mataku, maka nampak semua tiada (NOL), dan ketika kubuka mataku nampak semuanya yang kupandang itu adalah fatamorgana (tipuan belaka)”. 
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Alloh. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al Qashash: 88)

****
Catatan Perjalanan Al Fakir yang hina
Dalam Bumi Kerendahan, 19 Mei 2016
"Hidup Sekali Harus Berarti"


Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment