Home » » Bekal Menuju Pulang Keharibaan Sang Penguasa Sejati

Bekal Menuju Pulang Keharibaan Sang Penguasa Sejati

Written By Admin Thursday, December 31, 2015 - 9:46 PM WIB | 0 Komentar

Wahai saudaraku..!!! 


Marilah kita mencari bekal untuk pulang kembali kepada Allah, didalam kehidupan yang langgeng di alam barzah nanti, yang mana berlanjut sampai di alam akhirat, maka persiapkanlah dengan pengetrapan lillah dan billah, dengan penuh kerendahan yang serendah – rendahnya, dengan mengeNOLkan diri, menghilangkan rasa aku yang ada didalam jiwa, baik itu perasaan merasa mampu, merasa berkuasa, merasa suci, dsb.

Ingat saudaraku…..! Kita akan pulang, dan sejauh ini sudahkah bekal itu kita persiapkan? apalah arti kita beramal kalau masih ada pengakuan yang menimbulkan rasa bangga, masih ada pengakuan yang menimbulkan rasa mampu dan takabbur, semuanya akan musnah tiada arti karena tidak akan bisa sampai pada tujuan.

Ingat….! Sekecil di hati ada perasaan puas atau bangga diri, maka leburlah semua amal-amal ibadah yang telah kita lakukan selama 70 tahun, bagaikan api membakar ranting - ranting kayu kecil yang kering! oleh karena itu jangan puas, bangga diri dengan apa yang kita lakukan, tapi syukurilah dengan apa yang di berikan Tuhan! Sadarilah kalau kita lemah, rendah dan tempatnya salah. Karena itu merupakan sifat seorang hamba, 

Maka ketahuilah saudaraku, apabila hamba sudah kehilangan jati diri sebagai seorang hamba,maka sifat adigang adigung akan menebar didalam jiwa, sehingga merasa berkuasa, merasa punya kemampuan, dan merasa mulya, ibarat pedang yang hilang akan ketajamannya, hamba tidak lagi bermartabat disisi Tuhannya, karena tak layak bagi seorang hamba untuk merasa baik. Merasa berkuasa, dan merasa punya kemampuan, karena itu merupakan sifat miliknya Tuhan yang mukhal (mustahil) menjadi miliknya semua makhluk, termasuk kita sebagai manusia yang asalnya tidak ada lalu dijadikan ada oleh sang pencipta,

Innamaa amruhuu idzaa arooda syai-aan, ayyaquula lahuu kun fayakuun, fasubhaanal-ladzii biyadihii malakuutu kulli syai-iw-wailaihi turja’uun (QS. Yasin 81-82)


Untuk itu wahai saudaraku….! Persiapkanlah bekal untuk kembali pulang, jangan sampai kita tertipu didalam kehidupan di dunia ini, karena dunia bukanlah tempat untuk kesuksesan, puas dan bangga diri, tapi dunia merupakan tempat ladang bagi akhirat kelak, “addunya mazroatul akhiroh”,


Maka lakukan apa yang menjadi kewajiban kita, melaksanakan apa yang sudah di wajibkan oleh Allah (sholat, puasa zakat, dll), disamping itu ada 2 langkah yang harus kita lakukan sebagai bekal keselamatan dan kebahagiaan hidup kelak di akhirat,

Yang pertama yang harus kita lakukan ialah membersihkan hati dari kuku – kuku ananiyah, keaku – akuan diri (aku hidup, aku kuat, aku mulya, aku.. Aku… dst) dalam istilah kami, itu semua harus kita nolkan di hati, kita kikis hingga benar- benar nol, tidak ada pengakuan sama sekali, karena yang berhak untuk merasa aku, merasa berkuasa, merasa mulya, hanyalah satu dia sang maha penguasa, maka sedetik ada perasaaan aku di hati si hamba, sedetik itu dia terlempar dari wilayah kekasih Tuhan, karena tak mungkin Tuhan akan mencintai si hamba-nya, apabila si hamba itu masih senang merawat kuku – kuku ananiyyah didalam jiwanya,

“abghodlu ilahin ‘ubida fil ardli al hawa” (hadits)

Berhala sesembahan dibumi yang paling dibendu Allah adalah nafsu (aku)!

Yang kedua, hamba harus tertanam kerendahan, merasa hina, merasa tidak berkemampuan apa – apa, walaupun segi lahir nampak kuat, kaya, dan menjadi seorang pimpinan, tapi didalam hati harus ada kerendahan, merasa tidak memiliki apa – apa,

Wa’ibadur-rohmaanil-ladziina yamsyauna ‘alal ardhi haunan….

Dan hamba – hamba yang baik dari Tuhan yang maha penyayang itu ialah orang – orang yang berjalan dimuka bumi ini dengan rendah hati….. (QS. Al –furqon : 26)

Ingat saudaraku….! Ada dua kekuatan yang harus tertanam di hati seorang hamba, dan dua kekuatan ini tidak boleh pudar di tengah jalan, harus terus dibawa sampai mati, apapun aksesoris kehidupan didunia ini nanti menimpa dan mewarnai diri kita, dua kekuatan ini harus tetap melekat dan tertanam subur didalam hati “NOL” dan “KERENDAHAN”, maka selamat, engkau  menemui kebahagiaan, karena kecintaan Tuhan akan senantiasa bersamamu, engkau akan terselimuti oleh kasih sayang Tuhan dan akan lelap tidur didalam wilayah ketunggalannya, itulah “khusnul khotimah” mati dengan membawa iman, mendapatkan fadlol kasih sayang-nya,

Semoga Allah meridhoi kita semua, memberi petunjuk didalam perjalanan hidup kita semua di atas dunia ini, 

Aamiin...



Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment