Home » , » “AROFAH” Refleksi Menemukan Jati Diri (Bag 1)

“AROFAH” Refleksi Menemukan Jati Diri (Bag 1)

Written By Admin Saturday, November 5, 2011 - 11:39 PM WIB | 0 Komentar

arafah
 
ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR… LAAILAHA ILLALLOH ALLAHU AKBAR ALLOHU AKBAR WALILLAHILHAMDU…

Pada tanggal 9 Dzulhijjah, semua hamba Allah yang dipanggil untuk melaksanakan ibadah haji berjuang untuk mengenal jati dirinya sebagai hamba yang lemah dan tiada wujud di Padang Arofah yang merupakan puncak ritual ibadah haji. dimana hari ini seluruh umat muslim dari berbagai penjuru dunia tanpa pandang bulu, kumpul menjadi satu, untuk meleburkan dirinya kedalam ke Esaan YANG MAHA PENCIPTA, itulah hakekat perjuangan hidup manusia.

Manusia dimuliakan, dihidupkan, dipelihara olehNYA, di Padang Arofah inilah manusia harus mengenal akan jati diri tersebut sehingga dia mengenal akan Tuhannya.

Dengan hati bergetar dan cucuran air mata penuh kerendahan dan dosa, semua sama merunduk, intropeksi diri.

Inilah hakikat wukuf harus benar-benar menyadari bahwa ia adalah ciptaan, dia bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa karena yang ada hanyalah Sang Pencipta itu sendiri.

Maka pada saat posisi seperti itulah si hamba telah sukses menemukan jati dirinya sehingga menjadi haji yang mabrur, karena dia telah menemukan Tuhannya. Karena dia sudah lebur, tidak merasa memiliki dan mampu dihadapanNya.

Saudaraku…!!! Setelah wukuf selesai tibalah melakukan ritual melempar jumroh, dalam filosofinya adalah melempar jumroh adalah melempar syaiton-syaiton.

Tapi hakekatnya ritual jumroh itu adalah melempar syaiton-syaiton yang telah bersemayam di dalam hati manusia itu sendiri. Sehinga mengakibatkan manusia merasa besar, sombong, bangga, dan merasa baik.

ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR… LAAILAHA ILLALLOH ALLAHU AKBAR ALLOHU AKBAR WALILLAHILHAMDU…

Pada tanggal 10-13 Dzulhijjah itulah hari tasyrik yang disunahkan untuk memotong hewan kurban.

Dalam napak tilas, Nabi Ibrahim As berani mengorbankan anaknya Nabi Ismail As yang merupakan satu-satunya kecintaannya untuk disembelih.

Tapi pada saat itu, ketika pedang sudah terarah dileher Nabi Ismail As, Allah berkehendak lain dengan penuh kasih sayang, Allah menggantinya dengan seekor kambing.

Inilah kronologis sejarah Idul Adha, sehingga sampai sekarang dijadikan ritual memotong hewan kurban.

Tapi apa artinya, manusia memotong lembu, kambing, dan onta, kalau hewan-hewan yang bersemayam didalam jiwa manusia, tidak dikorbankan, tidak dipotong sehingga manusia memiliki sifat seperti binatang, anarkis, ingin menang sendiri.

Bagaimanakah dengan kita wahai saudaraku?

Sudahkah kita rela mengorbankan kesenangan (nafsu) kita untuk Allah?

Sudahkan kita rela untuk memotong sifat-sifat hewani (amarah, buas, menang sendiri, dsb) yang bersemayam didalam diri kita?

Sudahkan sifat-sifat iblis (takabur, sombong, serta merasa “AKU”) kita sembelih dari hati kita?

Wahai saudaraku mari kita koreksi….

Apa yang kita bawa setelah pulang dari haji?

Perasaan mulia kah?

Perasaan sombong kah?

Atau perasaan takabur yang berbalut dengan titel haji?

Coba renung  dan tanyakan pada diri kita sendiri?

Inilah hakekat idul adha, hakekat hari raya qurban, dimana seorang hamba harus (wajib) memotong sifat-sifat hewani dan sifat iblis yang telah bersemayam di setiap hatinya umat.

Maka pada saat itulah ketika sudah memotong sifat-sifat tersebut barulah si hamba itu menjadi manusia yang paripurna,  (sempurna lahir maupun batin).

Semoga seluruh umat islam yang sedang melaksanakan ibadah haji diterima hajinya, dibersihkan hatinya serta disucikan jiwanya.

ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR… LAAILAHA ILLALLOH ALLAHU AKBAR ALLOHU AKBAR WALILLAHILHAMDU…

+++++

“ALLOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD, YAA WAAJIDU YAA JAWAAD, SHOLLI WA SALLIM WA BAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIW WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD, FII KULLI LAMHATIW WANAFASIM BI’ADADI MA’LUUMAATILLAHI WA FUYUUDLHOOTIHI WA AMDAADIH“

Doa pembersih jiwa dan Peng ESA an kepada Tuhan 

(Al Habib Syeikh Sayyid Abdul Madjid Ma'roef RA)

+++++

Catatan kelam dalam perjalanan hidup “Al Fakir” yang hina

Dalam bumi kerendahan, 5 November 2011

“Hidup Sekali Harus Berarti”


Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment