Home » » Inilah Malam Keangkuhanku (Renungan Maulid Nabi..)

Inilah Malam Keangkuhanku (Renungan Maulid Nabi..)

Written By Admin Monday, February 14, 2011 - 8:43 PM WIB | 0 Komentar

Malam hari ini adalah malam yang sakral, malam yang sangat mulia untuk merefleksikan diri, malam untuk bersimpuh dihadapanNya, malam yang sangat khusyu' bagi umat islam untuk memperingati kelahiran nabinya itulah Rosul "Muhammad Saw".


Malam untuk rindu dengan kekasih tercinta Rosul "Muhammad Saw", malam dimana penuh lantunan ayat-ayat suci, serta puji-pujian untuk baginda Rosul "Muhammad Saw", malam untuk meleburkan dosa-dosa keakuan yang sudah mengkristal didalam nurani kita, serta malam dimana penuh renungan hikmah yang suci sehingga manusia kembali pada posisinya, kembali pada jati dirinya sebagai manusia yang santun, manusia yang berbudi luhur, manusia yang lemah lembut, manusia yang bersaudara, serta manusia yang bisa mengayomi sesama, bukan manusia sebagai Tuhan merasa mampu, merasa berkuasa, merasa hebat, serta merasa memiliki.


Tapi sayang malam yang suci ini, kita nodai dengan baju keangkuahan dan kesombongan, yang membuat kita bertepuk dada membawa perasaan "AKU".


Inikah yang akan kita persembahkan kepada buah jantung kita, Rosul "Muhammad Saw"?


Kalau memang keangkuhan dan kesombongan itu yang kita persembahkan,


Berarti….


Kita tega menusuk jantung Beliau dengan pisau keakuan,


Kita tega menusuk jantung Beliau dengan pisau keangkuhan,


Kita tega menusuk jantung Beliau dengan pisau kesombongan, Dan


Kita tega menusuk jantung Beliau dengan pisau kemuliaan.


Wahai saudara-saudaraku!


Rosululloh pasti menangis melihat umatnya seperti itu, melihat umatnya dikuasai dengan virus-virus keakuan!


Tegakah engkau wahai saudaraku!


Membuat hati beliau pilu,


Membuat hati beliau ter iris-iris,


Membuat beliau meneteskan air mata, karena sikap kita yang terlalu,


Masih pantaskah kita disebut sebagai umatnya? apalagi disebut sebagai kekasihnya?


Wahai saudaraku!


Teteskan air mata kehinaanmu,


Tetesakan air mata kerendahanmu sebagai hamba yang banyak berlumuran dosa.


Kapan engkau buat Beliau tersenyum bahagia?


Sudah cukup, jangan buat Beliau menangis dan sengsara karena perbuatan kita.



Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment