Home » , , , » Perjalanan Jiwa Mencari Cahaya

Perjalanan Jiwa Mencari Cahaya

Written By Admin Wednesday, October 6, 2010 - 12:15 AM WIB | 0 Komentar

Malam itu begitu indah nan damai, kecerahan langit bertabur bintang laksana perhiasan berbalut dengan keindahan permata safir, Liukan pohon lebat dan dedaunan seirama diterpa angin serta batang pohon yang kokoh berdiri tegak. Didalam istana yang mungil serta dalam renungan kegelapan itu seorang gadis beranjak dewasa dengan keteguhan serta kecintaannya itu memberanikan menulis untaian kata yang sangat memilukan.

Walaupun Jalan yang terjal, tajam dan berliku tetap ia ditempuh untuk mencari kebenaran serta menemukan cahaya menuju keabadian yang hakiki. Rasa sakit serta rindu dan cinta akan ketentraman jiwa yang begitu dasyat dan hebat begitu saja membuncah melukiskan kerinduan di relung hati yang paling dalam, berharap "Sang Terkasih" memberi setitik cahaya didalam palung hati yang terdalam walau hanya setitik telah tersimpan cinta dan rindu kepada yang dikasih.

Betapa anggun nan elok jika cahaya abadi itu datang membawa secercah harapan untuk bangkit dari jurang kenistaan. Hanya buliran serta linangan air mata yang patut ia persembahkan kepada "Sang Terkasih". semoga karya agung ini tidak lekang oleh lekatnya zaman serta menuntun kita untuk menemukan sebuah secercah cahaya harapan keabadian.

 Perjalanan Jiwa Mencari Cahaya 
Oleh Nurul Lailatul Fauziah

Aku adalah kegelapan
sendiri dalam gelap
Berlari dan berlari terus mencari secercah cahaya
Yang sanggup menerangi ruang hati ini
Jalan yang terjal, tajam dan berliku
Biarlah kutempuh
Walau terasa sakit
Sakit di jiwa dan ragaku, aku tak peduli
Karena aku seorang hamba yang tiada arti
Terus kuberlalu mencari kebenaran yang hakiki
Hingga jalanku terseok - seok, kakiku pincang mataku buta
Tanganku buntung, telingaku tuli
Biarlah semua itu aku tak peduli
karena aku hamba yang tiada arti
Walau sakit dan perih aku tetap tak peduli
Asalkan aku bisa menemukan cahaya itu
Cahaya menuju keabadian yang hakiki
Yaa Robbi...
Wahai Tuhanku
Tunjukkan aku jalan lurusmu
Karena bagiku
Seteguk rahmatMu akan menghapus dahaga jiwa yang kering
Secercah hidayahMu menetapkan imanku
Namun...hatiku yang pincang
Hingga aku tak kuasa berjalan dijalan - Mu
Hatiku buta... yaa Robbi
Hingga aku tak bisa merasakan indahnya ma'rifat kepada- Mu
Hatiku buntung... Hancur…
Dalam berdoa pun aku tak bisa menengadahkan kekhusuan dan
Hatiku tuli… Pekak…
Hingga aku tak bisa mendengar arah dimana petunjuk - Mu menuntunku
Duhai Rosulalloh…..
Yaa Sayyidii... Yaa Rosulalloh...
Aku umatmu yang tiada arti
Hatiku buta sehingga semua menjadi gelap
Kuyakin engkau mendengar rintihan hati ini
Kuyakin engkau merasakan kepedihan hati
Perihnya jiwa jika jauh dari sang Pencipta alam raya
Atas seizin Allah,
Angkatlah kami Yaa Rosulullah, dari jurang jahiliyah ini
Walau kami tahu, betapa kotornya diri ini
Betapa hina - dina- papah terluka
karena maksiat yang berlarut - larut
Namun,setetes syafaatmu yaa Rosul
Adalah penghapus segala gundah dan resah
Setitik air mata darimu yaa Rosul
Adalah embun ditengah padang yang gersang
Yaa Ayyuhal Ghoutsu...
Bimbing...bimbing dan didiklah kami
Hingga kami menjadi manusia yang berjiwa manusia
Manusia yang sebenarnya bukan imitasi belaka
Kuyakin , engkau merasakan sakit yang kurasakan
Engkau turut prihatin pada diri ini, jiwa yang buta ini
Maka tolonglah kami
Arahkan pancaran Nadroh, radiasi batin pada jiwa yang hina ini
Sehingga aku bisa bangkit dari kehancuran yang berlarut - larut ini
Bangkit dari kedholiman dan kekufuran
Sejauh ini telah kulihat cahaya itu
Namun begitu sulit untuk meraihnya, karena aku tiada daya
Ya Sayyidi…..Yaa Rosulallah...
Yaa Ayyuhal Ghoutsu...
Kami memang bukanlah orang yang mulia
Kami tidaklah pantas mendekat kepada engkau, apalagi mencintaiMu
Namun bagaimanapun juga
Seperti apapun diri ini
Sehina dan sehancur apapun diri ini
Dan sebesar apapun dosa dan kerendahan kami
Namun kami tak bisa ingkari
Dalam palung hati yang terdalam walau hanya setitik
Kumasih mengharap setitik kasih sayangMu Yaa Alloh…
Kujulurkan lidahku walaupun bagaikan anjing yang kelaparan dan kehausan
Kunanti setetes syafaat dan nadrohMu
Yaa Rosululloh.. Yaa Ghoutsi hadzazaman…
Tengoklah kami
Walau aku bukan manusia lagi
Namun, rasa sakit ini
Rindu dan cinta akan ketentraman jiwa
Dalam naungan agama dan perjuangan yang suci nun mulia ini
Pastilah terobati.



Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment