Home » » Detik-Detik Memilukan Wafatnya Sang Terkasih Rosululloh Saw

Detik-Detik Memilukan Wafatnya Sang Terkasih Rosululloh Saw

Written By Admin Saturday, April 4, 2015 - 7:18 AM WIB | 4 Komentar

Tepat hari senin tanggal 12 Rabiul Awal di kota Madinah seakan-akan keadaan sunyi senyap nampak situasi yang mengharukan, saat itu banyak penduduk mengurungkan kegiatannya karena hawa di Madinah sangat mengharukan, gerangan akan ada apa dan apa yang akan terjadi di Madinah.
Sekitar menjelang siang waktu dhuha, ada satu rumah yang masih tertutup rapat karena didalamnya ada orang agung yang saat itu mengalami kesakitan yang sangat parah ditemani oleh istri yang sangat mencintainya sambil kepalanya bersandar dipangkuan sang istri itulah Beliau Rosululloh Saw ditemani oleh ibunda Siti Aisyah, kekasih hati, buah jantung umat, sang pemberi syafaat yang genap berusia 63 tahun.
Begitupula Fatimah putri satu-satunya telah menangis melihat kondisi sang ayah, saat itu wajah Beliau Rosululloh Saw mulai pucat, peluh keringat telah menetes dan membasahi dahinya. Pun demikian dengan Sayyidina Ali KW sebagai menantu, mondar-mandir melihat sakitnya sang mertua, sang nabi, sang pencinta umat dan sang pemberi syafaat.
***
Suatu saat Malaikat Izroil dipanggil oleh Alloh, ketika itu diperintahkan kepada Malaikat Izroil, “Datanglah kepada kekasihku Muhammad Saw”
Malaikat Izroil menjawab “Apakah saya disuruh hanya silaturahmi atau untuk mencabut nyawa sang terkasih Rosululloh Saw yang sangat engkau cintai?
“Kedua-duanya wahai Malaikat Izoil, tapi kalau kekasihku Muhammad tidak mau, maka kembalilah engkau”
Maka Malaikat Izroil melaksanakan tugas dari Alloh datang kerumah Sang Terkasih dengan bentuk dan rupa yang sebaik-baiknya.
Saat di depan pintu rumah Rosululloh Saw, Malaikat Izroil mengucap salam kepada Nabi dan kepada seluruh penghuni rumah itu “Assalamualaikum…. Bolehkan saya masuk?”
Fatimah putri baginda Rosul membuka pintu sambil menjawab “Waalaikum salam, maaf ayahku sedang sakit keras dan demam sangat tinggi” sehingga pintu ditutup kembali.
Saat itu Beliau Rosululloh Saw membuka matanya yang sedang terpejam itu lalu menanyakan kepada putrinya Fatimah “Siapakah yang datang itu wahai putriku?” jawab Fatimah “saya tidak tahu ayah, yang jelas orang itu sangat wibawa, saat aku memandang orang itu bulu kudukku berdiri”
“Tolong persilahkan masuk wahai putriku Fatimah, itulah utusan Alloh, yang akan bertugas mencabut kenikamatan yang sementara ini, yang bertugas untuk memisahkan pertemuan ini, itulah malaikat maut, malaikat izroil wahai putriku” Tukas Beliau Rosululloh Saw sambil tetap berbaring dipangkuan ibunda Aisyah.
Saat itulah Siti Fatimah menutup matanya dengan kedua tangannya, menangis tersedu-sedu sambil berucap “Yaa Alloh, ini tanda aku akan menjadi yatim, umat manusia tiada pembela lagi, karena sang pembela akan pulang dan berpulang kepada Sang Maha Suci”
Maka saat itu masuklah Malaikat Izroil dan duduk disamping Rosul, Rosululloh Saw bertanya kepada Malaikat Izroil “apa perlumu datang kepadaku, apakah engkau datang mencabut nyawaku atau datang hanya sekedar bersilaturahmi?”
Dengan menunduk hormat sedalam-dalamnya sambil meneteskan air mata Malaikat Izroil berucap “Ya Rosul, disamping saya bersilaturahmi saya juga diperintah oleh Alloh untuk mencabut nyawamu, tapi kalau engkau tidak berkenan, saya akan pergi”
Maka Rosululloh Saw menjawab “kalau itu memang kehendak Alloh, sudahlah cabutlah nyawaku”
***
Disitulah proses detik-detik Rasululloh Saw meninggalkan umat manusia dan meninggalkan perjuangan suci, maka saat itu Madinah kelam kelabu karena hawa yang ditimbulkan akan berpulangnya kekasih, sang penolong, sang pemberi syafaat dan sang pembela bagi kita umat yang penuh dosa ini.
Sebelum pencabutan dimulai Beliau Rosululloh Saw menanyakan kepada Malaikat Izroil “kemana kekasihku Malaikat Jibril yang senatiasa memberikan wahyu kepadaku?”
“Iya Rosul, jibril telah menata barisan, semua pintu kebaikan dibuka” Jawab Malaikat Izoil
Maka seketika itu duduklah Malaikat Jibril disamping Rosululloh Saw, lalu Rosululloh Saw bertanya “hak ku apa Jibril yang diberikan oleh Alloh?”
Maikat Jibril pun menjawab “Ya Rosul karena engkau adalah kekasihNya, semua pintu langit dan pintu surga telah dibuka lebar-lebar, kenikmatan-kenikmatan surga akan diberikan kepadamu, bidadari-bidadari berhias menanti kedatanganmu”
Ketika Malaikat Jibril mengatakan haknya kepada Rosululloh Saw, Beliau masih nampak khawatir lalu bertanya lagi kepada Malaikat Jibril “bukan itu Jibril, yang kumaksud hakku terhadap umatku nanti apa?”
Ya Rosul… Jangan khawatir, besok ketika manusia kembali ke alam kubur dan sangkakala ditiup saat itu hari kiamat datang, saat itu aku pernah mendengar Alloh mengatakan “surga diperuntukkan untuk umat kekasihku Muhammad terlebih dahulu sebelum umat-umat lain masuk” kata Jibril.
Saat itulah Sang Terkasih nampak bahagia, bukan karena dia ada di surga, tapi bahagia melihat umat yang bergelimangan dosa ada disisinya.
***
“Sudahlah Izroil, laksanakan tugasmu….”tukas Sang Terkasih
Maka mulailah pencabutan nyawa Rosululloh Saw, dengan cabutan yang paling halus yang belum pernah Malaikat Izroil mencabut sehalus itu dan sangat hati-hati karenya yang dicabut adalah kekasih paling dicintai Alloh, tapi saat itu Malaikat Izroil tidak tega melihat wajah Rosululloh Saw, karena saat itu urat-urat leher Rosululloh Saw menegang, menunjukkan sakit yang sangat parah. Saat itu Malaikat Jibril memalingkan mukanya, karena tidak tega melihat kekasih Alloh menahan sakitnya sakaratul maut.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rosululloh pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Alloh direnggut ajal" kata Jibril.
Berlanjut sampai pada kaki, Malaikat Izroil disuruh berhenti, peluh dan keringat dingin membasahi wajah Sang Terkasih karena menahan sakit, disaat itu akhirnya Rosululloh Saw berdoa “Yaa Alloh kalau sakitnya sakaratul maut seperti ini, bagaimana dengan umatku nanti? Maka Yaa Alloh jadikanlah satu sakitnya sakaratul maut ini, agar umatku tidak merasakan apa yang kualami ini”
Kaki sudah mulai dingin, tangan sudah mulai nampak membiru, saat itu hanya satu ucap bibir bergerak pelan-pelan, saat itu Sayyidina Ali KW mendekatkan dibibir Rosul dan berpesan "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, wahai umatku jagalah sholatmu, bantu yang lemah jangan kau hina”.
Setelah itu Rosululloh Saw diam, nampak wajahnya pucat pasi sambil menahan sakitnya proses sakaratul maut, saat detik-detik terakhir ketika Sang Terkasih akan meninggalkan umat untuk selama-lamanya, bibir Sang Terkasih bergerak halus seperti ada yang diucapkan, sekali lagi Sayyidina Ali KW mendekatkan telinga di bibir Sang Terkasih itu, ternyata di penghujung detik-detik sakaratul maut, Beliau Rosululloh Saw menyebut “ummati… ummati… ummati… aku berharap bisa bertemu di alam sana”
Disaat itulah Madinah kelam, disana sini terdengar ledakan gemuruh tangis penuh keharuan sehingga banyak sahabat yang tidak sadar termasuk sahabat Sayyidina Ustman RA berjalan mondar-mandir sambil lari-lari kecil tangan kanan dan tangan kiri dikepal-kepalkan karena tidak sadar karena Sang Kekasih telah meninggalkan umatnya.
Semua orang tersungkur melihat Sang Terkasih, karena tidak akan bertemu kembali dengan Rosululloh Saw yang biasanya senyum sejuk datang menembus jiwa-jiwa yang kering kerontang itu,tapi senyuman itu berakhir tanggal 12 Rabiul Awal di usia 63 tahun.
Selamat tinggal umatku… selamat tinggal umatku… selamat tinggal umatku…
***
Ingat saudaraku….
Tidak akan lama kita akan meninggalkan semua ini!
Bangkit wahai saudaraku… di penghujung akhir masa kenabian, dimana pejuang-pejuang suci ini?
Apakah hancur ditelan oleh kehidupan ini ataukah pejuang-pejuang suci tanpa pamrih ini dimakan oleh monster-monster ananiyah, sehingga kita cari pejuang yang tangguh, pejuang yang ikhlas rela berkorban, pejuang yang hatinya legowo (tidak mudah tersinggung) sudah tidak ada?
Ingat cinta tanpa kerinduan adalah palsu…!!!
Begitupula cinta tanpa airmata adalah kebohongan…!!!
Maka latih kerinduan itu walau hanya setitik debu mengingat Sang Terkasih itu wahai saudaraku…
Latih penuh dengan kerendahan dan tetesan air mata untuk sang kekasih itu wahai saudaraku…
Semoga Alloh memberikan karunia, taufiq dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita diaku sebagai umat Beliau Rosululloh Saw
***
Catatan Perjalanan Al Fakir yang hina
Dalam bumi kerendahan, 23 Maret 2015
“Hidup Sekali Harus Berati”
Salam
 ***
Diambil dan disunting dari :


Sebarkan:

4 comments :