Home » » 3 Aspek Sempurnanya Agama (Islam)

3 Aspek Sempurnanya Agama (Islam)

Written By Admin Thursday, December 4, 2014 - 7:27 PM WIB | 0 Komentar

Persiapan pulang kembali kepada Allah:
Diakhir zaman memengang perkara agama sangat sulit sekali, tanda-tanda kiamatpun sudah terlihat, fitnah telah merajalela sehingga menjadikan kita jauh dari kebenaran dan siapa yang membawa kebenaran (agama) bagaikan seperti memegang bara api artinya sangat berat sekali dan kita harus sabar dengan segala macam ujian yang menerpa.
Suatu saat ketika para sahabat sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Saw, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpakaian putih, rambutnya hitam, bekas jalannya tidak terlihat dan tak seorangpun diantara sahabat mengenalnya.
Ia langsung duduk dihadapan Nabi dan mendekatkan lututnya ke lutut Rasulullah Saw, meletakkan pula kedua telapak tangannya di atas paha Beliau Rasulullah Saw sambil berkata, “Yaa Rasul, terangkanlah kepadaku tentang apa itu Islam?”
Rasulullah Saw menerangkan, “Islam adalah hendaknya kamu bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, melakukan puasa di bulan Ramadhan dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika memenuhi syaratnya.”
Ia menimpali, “Engau benar” Kami semua heran, dia bertanya tapi langsung pula membenarkannya.
Sejurus kemudian dia berkata, “Sekarang, terangkanlah kepadaku tentang Iman!” Rasulullah berkata, “Yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikatnya, Kitab-kitabNya, para rasulNya, dan hari kiamat serta engkau beriman kepada baik dan jelaknya takdir”
Lelaki itu menimpali, “Engkau benar!”
Katanya lagi, “Selanjutnya terangkanlah kepadaku tentang IKHSAN!”
Maka Rasulullah Saw menerangkan, “Ikhsan itu ketika engaku beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, akan tetapi ketika engkau tidak bisa seperti itu keyakinanmu harus kuat bahwa engkau berada itu diawasi oleh Allah” 
Orang itu kembali bertanya, “Beritahukanlah kepadaku tentang terjadinya hari Kiamat?” Jawab Nabi, “Tidakkah orang yang bertanya lebih mengetahui daripada yang ditanya?”Orang itu berkata lagi,  “Kalau begitu beritahukanlah tanda-tanda terjadinya hari Kiamat!”
Rasulullah menerangkan, “Jika budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta penggembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi” Kemudian orang itu berlalu.
Kami semua terdiam beberapa saat, lalu Rasulullah Saw bertanya, “Wahai Umar, tahukah kamu, siapakah yang bertanya tadi?”
Umar menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu”
Rasulullah Saw berkata, “Dia sebenarnya adalah Jibril. Ia datang untuk mengajari kalian tentang Islam”
Wahai saudaraku…
Malaikat Jibril telah mendatangi Rasulullah Saw untuk mendidik umatnya supaya tahu yang dimaksud agama yang sesungguhnya itu seperti apa, karena diakhir zaman ini memegang keutuhan agama digambarkan seperti memegang bara api yang panas.
Ingat sabda Rasulullah Saw:
“Islam pertama muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali dalam keadaan asing pula, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)

Salah satu Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang asing itu?”

Beliau menjawab, “Orang-orang yang berbuat kebaikan disaat umumnya orang-orang telah banyak membuat kerusakan-kerusakan.” (HR. Ahmad 13/400 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jami’ no. 7368)
Jadi agama yang utuh itu adalah pengetrapan islam didalam syariatnya, mengetrapkan iman didalam hatinya dan mengetrapkan ma’rifat adanya ikhsan bahwa kemanapun kita beribadah harus memandang Allah dan apabila tidak mampu harus merasa diawasi oleh Allah.
Kalau ada orang diakhir zaman ketika memengang 3 perkara haq itu, dengan sabar walaupun ujian sangat merajalela, dicacimaki, direndahkan, bahkan dihina.
Itulah tanda bahwa dunia ini sudah tua!
Maka permasalahannya ketika agama itu mencapai ikhsan, umat sama bingung sehingga ada yang berpendapat itu belum waktunya sehingga mengamalkan ajaran ikhsan harus menunggu 40 tahun, kalau tidak akan menjadi gila.
Inilah pendapat-pendapat diakhir zaman kalau kita benar-benar memegang agama secara utuh, bila perlu tidak ada teman yang datang, karena dianggap sesat, dan dianggap gila.
Ternyata pedoman pedoman Syeikh Ibnu Arobbi
"MAN SYAHIDAL KHOLQO LAA FI'LA LAHU FAQOD FAAZA, WAMAN SYAHIDAHU LAA HAYAATA LAHU FAQOD HAAZA, WAMAN SYAHIDAHU 'AINAL 'ADAMI FAQOD WASHOLA."
Orang yang memandang makhluk (termasuk dirinya sendiri) tidak ada kemampuan, tidak bisa berbuat apa-apa seperti wayang, itu dikatakan sudah agak lumayan, Orang yang memandang makhluk (termasuk dirinya sendirinya) tidak hidup (yang hidup hanya ALLAH SWT), ini yah, dikatakan sudah lebih meningkat, dan orang yang memandang makhluk, melihat, mengingat, merasa ataupun memikir-mikirkan makhluk semuanya itu tidak ada sama sekali (NOL) , FAQOD WASHOLA itulah orang yang sejatinya wushul/ihksan (sadar) kepada ALLAH SWT.
Orang hatinya itu buta, ketika ada dalang memainkan wayang, hati yang buta itu yang dilihat wayangnya bukan dalang yang menggerakkan wayang artinya belum mengetrapkan ikhsan, sehingga yang dilihat hanya dirinya sendiri, ketika kuat menganggap dirinya kuat, ketika berhasil mengganggap dari hasil jerih payahnya, akhirnya mengandalkan kekuatannya, mengandalkan hasil jerih payahnya.
Yang haji mengandalkan hajinya, yang kaya mengandalkan kayanya, yang alim mengandalkan ilmunya, karena buta bahwa semua itu datang dari Allah, seperti wayang ketika menang lupa ada dalang yang memainkan, karena wayang tidak bisa bergerak tanpa gerak dari dalang, karena wayang hakekatnya tidak pernah ada sama sekali
Bagaimana dengan kita wahai saudaraku…
Padahal Rasulullah Saw mengatakan, didalam kisah pertemuan dengan malaikat Jibril, kalau kita beribadah (bisa haji, bisa sholat, bisa mujahadah, bisa melakukan pekerjaan), kita harus memandang bahwa semua bukan milik kita.
Akhirnya dengan hati terbuka, tidak ada keraguan sama sekali, bahwa wayang itu tidak akan bisa menang kecuali dimenangkan oleh dalang, tidak akan pernah ada kalau tanpa diadakan sang dalang, orang inilah yang telah mengetrapkan IKHSAN, dan pengetrapan ini dihati sehingga timbul rasa, setelah itu rasapun harus hilang karena yang sesungguhnya semuanya itu ciptaan yang hakekatnya tidak pernah ada (wujud),
Sedangkan sampai pengetrapan dihati ini butuh hidayah, sedangkan hidayah itu diperoleh dari MUJAHADAH.
“AL MUJAHADATU MIFTAHUL HIDAYAH LAA MIFTAAHA LAHAA SIWAAHAA” (kitab IHYA, hal 39)
INGAT…!!! KITA AKAN MATI! KITA AKAN PULANG!
Sudahkan kita seperti itu?
Bahwa semua itu datang dari Allah, atau datang dari kita sendiri?
Ketika kita kaya apakah sadar bahwa semua itu datang dari Allah atau malah kita aku?
Ketika kita mulya apakah sadar bawa semua itu datang dari Allah atau malah kita aku?
Kadang-kadang kita merasa tinggi, merasa benar sendiri, sehingga sehingga mudah menyalahkan orang lain, mudah mengkafirkan orang lain.
BAGAIMANA DENGAN KEADAAN KITA WAHAI SAUDARAKU…???
Kelihatannya kita bagus dimata orang lain, tidak pernah berbuat maksiat, tapi nyatanya kosong tiada arti disisi Allah!
Agama tidak boleh tercoreng, ketiga aspek (Iman, Islam, Ikhsan) itu harus tertanam didalam hatinya umat yang diajarkan malaikat Jibril kepada Rasulullah Saw.
Maka timbulnya kita mengaku karena tidak ikhsan, dan sebab timbulnya segala maksiat sebab kita merasa hidup, tidak mengerti semua itu datang dari dalang, sehingga wayang bisa menang itu sebab dari wayangnya bukan dari dalang. Ini sungguh terkecam!
“KALLAA INNAL-INSAANA LAYATHGHO AN ROAAHUS TAGHNA”  (Al Alaq 96 : 6)
“Sungguh, manusia itu telah melampaui batas”
Maka wajib kita harus mujadahah supaya timbul hidayah, sedangkan mujadah sendiri itu ada tiga tingkatan :
Pertama :
Mujahadah umum
Mujahadah lembaran sampai 10 kali dalam sehari, mujahadah peningkatan, Yaa Sayyidii Yaa Roosulullah 11.000 ribu kali!
Fokus yang penting wirid harus tetap berjalan sehingga mengandalkan wirid, mengandalkan mujahadah, mengandalkan sholat, karena berpendapat dengan ini saya mendapat hidayah.
Ini sangat baik, hidup sekali harus dipaksa dengan ibadah!
Kedua :
Mujahadah tingkat khusus, disamping mujahadah pertama dilakukan, tapi ada tambah batinnya diisi dengan fokus kerendahan yang ia latih, disamping mujahadah ia lakukan, kerendahan pun juga ikut dilatih, sehingga didalam hatinya tertanam perasaan rendah (saya penuh dholim), tiada arti,
Apakah kita selama ini sudah melatih kerendahan?
Ingat Allah memilih hambanya melalui kerendahan, bukan unggul ibadahnya
“Allahu yajtabi ilaihi man yasya-u”
Ingat kisah pelacur yang melakukan dosa besar, diangkat karena kerendahannya ketika memberi minuman kepada seeokor anjing!
Apalagi itu orang baik, orang sholeh yang melatih perasaan rendah akan diangkat,
Ketika mujahadah dilatih menangis, dilatih merendah, dilatih bahwa diri ini tidak ada apa-apanya sehingga dia menghilangkan perasaan lain, sehingga yang diandalkan hanya Allah.
Apa ada orang rendah merasa baik? Tidak ada!
Apa ada orang rendah menghina orang lain? Tidak ada!
Karena kerendahannya mengantarkan dipilih oleh Allah!
Orang yang merendah banyak menangis,
Orang yang merendah akan nampak dosanya, dan ketika nampak kerendahan akan langsung diampuni oleh Allah.
Tapi bagaimana Allah akan mengampuni kita walaupun kita ahli mujahadah, kita ahli istighfar akan tetapi tidak ada kerendahan didalam diri kita?
Maka latih dan sibukkan diri kita melatih untuk merendah, mulai hari ini dilatih, karena hidup kita terbatas. Insya Allah Khusnul Khotimah didalam akhir perjalanan kita.
Ketiga :
Mungkin orang ini dipilih menjadi “JENDRALNYA PARA KEKASIH ALLAH”, dan Allah menutup rapat-rapat maqom ini sehingga tidak ada yang nampak dan tahu, bila perlu itu adalah seorang pemulung.
Karena selain melatih mujahadah, kerendahan dilatih terus semua itu di NOL kan, dilepas, sehingga mengerti bahwa semua itu gerak-gerik dari dalang, bahwa semua itu yang ada hanya sang dalang inilah yang disebut ikhsan.
Ketika ia bisa bermujahadah ia merasa bahwa semua ini pertolongan dari Allah!
Ketika ia bisa merendah ia merasa bahwa semua ini pertolongan dari Allah!
Bahakn ketika ia bisa NOL, ini semua dari Allah!
Tidak ada pengakuan merasa “AKU” sedikitpun didalam hatinya, sebab ini bukan miliknya karena lahir tidak membawa apa-apa, Ini yang disebut “MAQOM INZAL” ya inilah jendralnya wali (kedudukan tertinggi kekasih Allah). dimana Allah memberikan sifat-sifatnya kepada Hambanya sehingga mengetrapkan ikhsan, ketika memandang dalang hilanglah rasa “AKU” didalam dirinya yang disebut “ANANIYAH”.
“ANANIYAH” itu adalah nafsu yang paling licin, bentuknya berubah-rubah dari sifat satu ke sifat lain sampai disebut musuhmu yang utama adalah dirimu sendiri, sebab kita tidak mengenal musuh kita.
Ketika tidak tenggelam, tidak rendah, atau tidak merasa dari Allah, pasti “AKU” itu muncul didalam hati kita!
INGAT UTUHNYA AGAMA SEPERTI ITU!
Maka ketika si hamba sampai pada “MAQOM INZAL”didalam hatinya ditanami tauhid yang murni sehingga hilangnya pengakuan didalam dirinya, akhirnya didalam hatinya tertancap saya tidak bisa ingat kepada Allah, saya tidak bisa rendah kepada Allah, saya tidak bisa ikhsan kepada Allah.
Bawa mati perasaan ini sampai dihadapan Allah!
Jangan sekali-kali membanggakan amal, membanggakan mujahadah, mati bukan khusnul khotimah akan tetapi mati suul khotimah!
Mulai detik ini tanam perasaan itu (rendah dan NOL)!
Apa arti mujahadah tanpa perasaan itu?
Apa arti sujud tanpa perasaan itu?
Sesungguhnya kita ghosab dihadapan Allah!
“Maka sungguh heran ketika dia lari dari kenyataan bahwa semua datang dari Allah”
Ingat..!!!
Orang bodoh itu tidak kenal dengan Allah!
Orang bodoh itu lari dari Allah!
Orang bodoh itu tidak sadar bahwa semua datang dari Allah!
Sehingga semua di “AKU” tidak tahu bahwa semua itu datang dari Allah!
Maka musuhmu yang paling berat adalah “AKUMU”!
Sekali merasa baik sekali itu tidak akan sampai kepada Allah!
Sekali merasa mulia maka terlempar dari wilayah maqom kekasih ALLAH
Sekali membenci sekali itu terlempar tidak sampai kepada Allah!
Maka perangi-perangi… karena hidup ini adalah perjuangan
INGAT…!!!
HIDUP SEKALI HARUS BERARTI, JANGAN SIA-SIAKAN KESEMPATAN YANG HANYA SEKALI! KARENA KITA AKAN PULANG, SEBENTAR LAGI KITA AKAN MATI MENINGGALKAN DUNIA YANG FANA’ INI!
JANGAN SAMPAI ADA PERASAAN AKU, KETIKA KITA BERHADAPAN DENGAN ALLAH!
BUANG PERASAAN AKU… BUANG PERASAAN MAMPU… BUANG PERASAAN MEMILIKI…
LATIH PERASAAN RENDAH… LATIH PERASAAN PENUH DOSA… LATIH PERASAAN TIDAK MAMPU BAHWA SEMUA DATANG DARI ALLAH (NOL)!
INGAT…!!!
DUNIA BUKAN TEMPAT UNTUK SEKEDAR MENCARI KESENANGAN HIDUP
DUNIA BUKAN TEMPAT UNTUK SEKEDAR MENGHIAS KEMULIAAN HIDUP
DUNIA BUKAN SEKEDAR UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP
KARENA DUNIA INI ADALAH SUATU PERJALANAN UNTUK MENEMUKAN SIAPA JATI DIRI HIDUP INI SEBENARNYA!
SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN TAUFIQ DAN HIDAYAHNYA KEPADA KITA SEMUA, SEHINGGA DI AKHIR PENGUHUJUNG HIDUP KITA MATI DENGAN MEMBAWA IMAN, ISLAM, DAN IKHSAN!
------
Catatan perjalan “Al Fakir” yang hina
Dalam bumi kerendahan, 04 Desember 2014

“Hidup Sekali Harus Berarti”

------

Refrensi diambil dari kajian Alam Hikmah Ke-140 : "3 Tingkatan Mujahadah"



Sebarkan:

0 comments :

Post a Comment