Part 2 :
“Jangan berhandai-handai engkau akan bertemu dengan kekasih sejati Rasulullah Muhammad, jikalau sekarang jiwamu tidak kau latih untuk kenal denganNya”
Banyak yang terjebak dengan pengakuan bahwa aku telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah,
Tapi lihat perubahan sifat dan sikapnya?
Apakah semakin sombong atau malah semakin tidak berkutik?
Sang Prof pernah bercerita kepadaku siapakah ciri-ciri orang yang telah bertemu Rasulullah
“Orang yang bertemu Rasulullah itu, hakekatnya bukan bertemu dengan jasad sehingga dengan imajinasinya nampak ketampanan dari wajah Rasulullah, akan tetapi orang yang bertemu dengan Sang terkasih, seketika itu ada perubahan sikap yang nampak”
Saat merasa sombong seketika itu merasa rendah,
Saat merasa mulia seketika itu merasa hina,
Saat merasa suci seketika itu penuh banyak berlumuran dosa,
“Itulah ciri-ciri orang bertemu dengan Rasulullah” kata Sang Prof
Lanjut Beliau dengan nasehatnya..
Apalah arti sebuah mimpi? Kalau mimpi itu membawa kesombongan
Lebih baik tidak pernah bermimpi dan bertemu dengan Rasulullah, akan tetapi esok kelak kita dipertemukan dengan Beliau, alangkah sangat indahnya
Daripada sekarang bermimpi dan berjumpa dengan Rasulullah, akan tetapi esok selama-lamanya tak akan pernah berjumpa dengan Beliau,
Mari kita sama-sama berbenah diri,
Seorang pencinta sejati dia akan patuh dengan siapa yang dicintai,
Seorang pencinta sejati dia akan selalu berjuang demi siapa yang ia cintai,
Seorang pencinta sejati dia lupa akan dirinya sendiri sampai rela mati demi siapa yang ia cintai,
Itulah pencinta sejati, karena cinta sejati akan dibawa sampai mati.
#####
Inilah salah satu puisi yang dikarang oleh Sang Prof untuk Sang Terkasih, Semoga Allah mengabadikan karya Agung dari seorang hamba yang tulus ini.
(Rintihan Jiwaku Untuk Sang Terkasih)
Yaa Rasulullah..
Pantaskah aku merindukanmu!
Pantaskah air mata ini kupersembahkan untukMu?
Terlalu suci dan mulia diriMu bagiku.
Allah sang pencipta sangat mencintai Mu.
Ya Rasul,pantaskah diri yang hina ini merindukan Paduka Ya Rasul?
Jangan biarkan diri ini hidup dikolong kehinaan dan berselimut kenistaan
bahkan bergelimang dengan kekufuran dan kedholiman.
Ya Rasul, hidup hamba tiada berarti dan sangat kecil tiada ma’na.
Mati lebih baik daripada begini.
Tegakah engkau wahai paduka Rasul?
Setetes air syafaat dariMu akan membuat aku bahagia dan berarti.
Teteskan, teteskan dan teteskan Ya Rasul syafaatMu, sampai IZROIL menjemputku.
Biarkan air mata ini kering
biar tenggorokan ini putus
dan biarkan diri ini menjerit
bagaikan anjing melolong meregang nyawa.
aku, diri ini akan mencintai dan merindukan engkau
Ya Sayyidi…Ya Rasulullah.
Pantas dan mungkinkah, karena aku terlalu hina.
Mengapa aku hidup?
Mengapa aku bernafas?
Ya Allah cabutlah semua itu mengapa hidup ini tiada arti Yaa Allah?
Ya Robbi kujulurkan lidahku kutengadahkan tanganku
dan aku mengharap walau hanya setetes kasih sayangMu Ya Allah,
agar hidup ini punya arti dan harapan.
Kubersimpuh dengan tiada daya, Kusebut asmaMu
Ya Sayyidi…Ya Rasulullah.
Ya Rasulullah mungkin kita tak akan bertemu,
terlalu mulia Paduka sedangkan diri ini terlalu rendah dan hina.
Tapi kumohon dengarkanlah rintihan ummatMu ini,
biar aku dineraka selama-lamanya,
biarlah aku tak pernah berjumpa apa lagi bersama dan berkumpul dengan Paduka.
tapi berkenanlah wahai paduka walau hanya sekejap dan sesaat,tengoklah kami,
kami dineraka yang paling bawah, agar aku bisa melihat Engkau biar terobati rindu ini
Yaa Sayyidi…Yaa Rasulullah
Mungkinkah…apa mungkin?
Terlalu hina diri ini dihadapanMu.
Ya Allah…Ya Allah…Ya Allah.
Semuanya ada digenggamanMu
Aku bermohon limpahkan kasih sayangMu kepada semua makhluk,
ummat ini,keluarga dan ahliku,teman teman seperjuanganku.
Walau aku sebagai jaminannya.
Ya Rohman…Ya Rohim perkenankanlah doa kami.
Doa pembersih jiwa dari pembimbing Sang Prof
(Al Habib Syaikh Abdul Madjid Ma’roef R.A)
“Allohumma yaa waahidu yaa ahad, yaa wajidu yaa jawaad, sholi wasallim wa baarik ‘ala sayyidinaa muhammmadin wa ala ‘ala ali sayyidina muhammad, fii kullilamhatin wanafasim bi ‘adadi ma’luumaatillahi wa fuyudlotihi wa amdadih“
Catatan kelam perjalanan hidup dari si fakir yang hina
Dalam bumi kerendahan, 12 Agustus 2011
ReplyDeleteTerima kasih kuucapkan kepadamu
Yang telah merubah duniaku
Walau akhirnya harus aku yang mengalah kepadanya
Tapi aku takkan pernah menyesal mencintaimu
Puisi Tentang Matahari Dan Gelombang